Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB: Soal Hidup dan Matinya PAN, Kita Harus Hormati

Kompas.com - 26/07/2017, 20:35 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar membantah koalisi partai pendukung pemerintah tak kompak, gara-gara Partai Amanat Nasional (PAN) memilih walk out ketika pengambilan keputusan Rancangan Undang-undang Pemilu, Jumat (21/7/2017) pekan lalu.

Cak Imin, sapaan Muhaimin mengatakan, paham betul yang menjadi kerisauan PAN. PAN tidak sependapat dengan partai pendukung, mengenai ambang batas pencalonan Presiden 20 persen dari perolehan kursi di parlemen dan metode konversi suara Sainte Lague.

"Soal hidup dan matinya PAN, kita harus hormati. Tidak ada masalah," katanya ditemui di sela-sela diskusi di Graha Gus Dur di Jalan Raden Saleh, Jakarta, Rabu (26/7/2017).

Sementara itu, ketika ditanya apakah koalisi partai pendukung pemerintah tetap akan bertahan hingga 2019 nanti, Cak Imin enggan berspekulasi.

"Saya enggak tahu. Tapi sejauh ini sih tidak terlalu masalah (gara-gara PAN)," ucap dia.

(Baca: Jokowi Mengaku Undang PAN dalam Pertemuan Koalisi di Istana)

Menurut Cak Imin, dengan atau tanpa diwarnai aksi walk out peserta sidang Paripurna, RUU Pemilu memang harus segera disahkan. Sebab, regulasi ini ditunggu-tunggu oleh penyelenggara Pemiu, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Lebih lanjut, dia mengatakan, kalaupun ada pihak yang tidak sepakat dengan isi UU, bisa menggugat uji materi ke Mahkamah Konstitusi (MK). Cak Imin tahu saat ini banyak pihak yang menggugat pasal ambang batas pencalonan Presiden.

Terkait dengan hal tersebut, ia pun enggan berspekulasi bahwa PKB akan mengusung calon sendiri apabila ambang batas pencalonan Presiden dikabulkan oleh MK menjadi nol persen, atau dihapuskan.

"Saya belum tahu. Kita lihat saja nanti apa keputusan terakhir dari MK. Gugatan baru dimasukkan kan? Kita tunggu saja," ucap dia.

(Baca: Peringatan Jokowi untuk PAN si 'Anak Nakal'...)

Sebelumnya, dalam rapat paripurna pengambilan keputusan RUU Pemilu empat fraksi termasuk PAN memutuskan keluar. Belakangan, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan membantah partainya walk out dan mengatakan PAN hanya abstain dari pengambilan keputusan.

"(Kenapa) Jadi disamain semua? Walk out? Kami itu mintanya cuma satu kok. Bukan lain-lain. Sainte Lague diganti kuota Hare," kata Zulkifli, Sabtu (22/7/2017).

Sementara itu soal ambang batas pencalonan Presiden 20 persen, Zulkifli mengatakan itu merupakan bagian dari penawaran. Menurut Zulkifli, kekukuhan PAN soal Kuota Hare adalah demi eksistensi partainya.

Dalam kesempatan berbeda, Zulkifli menegaskan partainya tetap mendukung pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan, kata dia, dukungan tersebut tetap diberikan meskipun Jokowi mencopot Menteri yang berasal dari PAN.

"Ada (Menteri) atau tidak, bukan menjadi syarat bagi kami. Kami akan dukung penuh Bapak Presiden, agar sukses memimpin dan melaksanakan program-programnya," katanya, Selasa (25/7/2017).

Kompas TV 4 Fraksi Tak Ikut Voting RUU Pemilu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com