Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Resolusi Tahun Baru yang Terbengkalai

Kompas.com - 05/01/2017, 18:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Tiap awal tahun banyak orang membuat resolusi. Isinya, target yang ingin dicapai tahun itu. Isinya macam-macam, mulai dari urusan karir, keuangan, sampai urusan berat badan.

Ada banyak orang yang setiap awal tahun bikin resolusi, tapi begitu tahun itu berakhir, resolusinya tak pernah tercapai. Lalu ia bikin resolusi lagi. Di ujung tahun, tak tercapai lagi. Sampai ada guyonan, resolusi tahun 2017 adalah mewujudkan resolusi tahun 2016, yang merupakan resolusi tahun 2015 yang belum terlaksana.

Resolusi itu niat atau impian kita. Niat tentu tak pernah mengubah apapun. Yang bisa membuat perubahan adalah aksi. Yang terjadi pada pembuat resolusi itu adalah mereka tidak melakukan aksi atau perbuatan untuk mewujudkan resolusinya.

Mengapa tidak mengambil tindakan? Umumnya orang menghadapi jalan putus. Di depan sana ada mimpinya, yang ingin dia capai. Tujuan itu terlihat dari tempat ia berdiri saat ini. Tapi ia tak melihat jalan menuju ke tempat itu. Ia hanya melihat hutan belantara atau kabut tebal yang menutupi pemandangan.

Maka, hal pertama yang harus dilakukan oleh pembuat visi adalah mencari jalan atau memilih jalan yang mana yang hendak dia tempuh. Seseorang yang membuat resolusi, tahun ini harus mendapat kenaikan karir, harus tahu jalan apa yang akan dia tempuh. Misalnya, dengan menambah satu atau dua skill tertentu, membuat pencapaian tertentu. Mustahil naik karir tanpa tambahan keahlian dan pencapaian, bukan?

Pebisnis yang ingin meningkatkan laba, harus menetapkan, misalnya peningkatan penjualan sekian persen. Atau, memotong biaya operasi sekian persen. Bagaimana meningkatkan penjualan, bagaimana menekan biaya, itu pun harus dirumuskan.

Orang yang ingin menurunkan berat badan harus memilih cara yang cocok untuk dirinya. Ia bisa diet, mengurangi makan. Atau mungkin ia harus menjalani sebuah program training.

Itu semua saya sebut visi. Tanpa visi itu, Anda hanya melihat mimpi Anda dari jauh, seperti melihat puncak gunung dari kejauhan, tanpa koneksi, tanpa jalan yang menghubungkan Anda dengannya.

Cukup? Belum. Anda harus menyusun rencana aksi. Ingat, rencana itu menyangkut tindakan dan waktu pelaksanaannya. Kalau Anda hanya punya satu daftar tindakan tanpa menetapkan kapan pelaksanaannya, maka itu bukan rencana. Dalam hal bisnis, rencana itu berupa rencana bisnis tahunan dan bulanan, dinyatakan dalam angka-angka keuangan. Berapa penjualan bulan A, berapa biayanya, dan bagaimana strategi untuk mencapai target itu.

Langkah berikutnya adalah aksi. Dalam hal bisnis, jalankan strategi yang sudah dirumuskan, pantau dengan ketat setiap hari. Setiap hari? Ya, banyak bisnis besar yang melakukan kontrol harian. Dengan bantuan IT tidak sulit lagi mengumpulkan data bisnis secara harian. Pantau apakah target produksi, penjualan, delivery, pembayaran, dan lain-lain sesuai rencana. Bila tidak, cari penyebabnya, dan lakukan tindakan koreksi. Ini adalah siklus plan-do-check-adjust (PDCA).

Dalam skala personal bagian ini sangat terkait dengan perubahan kebiasaan. Resolusi tidak akan mengubah apapun. Rencana tidak membuat perubahan. Perubahan datang dari perubahan kebiasaan. Maka secara pribadi Anda harus mengubah berbagai kebiasaan harian Anda untuk mencapai resolusi.

Kebiasaan apa? Buatlah daftar kebiasaan buruk Anda, yang membuat Anda tidak berada pada poisisi yang Anda impikan. Mungkin tidak tepat waktu cara komunikasi buruk, emosi tak terkendali, pola pikir negatif, sering menunda pekerjaan, menyalahkan orang lain, dan masih banyak lagi. Lakukan latihan bertahap dan konsisten untuk mengubahnya. Jangan manjakan diri dengan mentoleransi keinginan untuk kembali ke kebiasaan lama.

Hal terpenting dalam pengubahan kebasaan adalah komitmen. Selalu saja ada halangan kecil yang membuat kita terhenti dalam melakukan kebiasaan baru. Selalu saja ada momen yang membuat kita kembali ke kebiasaan lama. Jangan heran, itu memang sifat alami sebuah kebiasaan, sukar diubah. Itu juga kekuatannya. Maka, kita harus punya komitmen yang tinggi untuk melawan semua hambatan-hambatan itu secara konsisten, dalam durasi yang panjang.

Begitulah. Ada banyak resolusi yang terbengkalai, karena hal-hal di atas tidak dilakukan. Kalau Anda punya resolusi sekarang, beranjaklah untuk membangun visi, membuat rencana kerja, lalu eksekusi rencana itu. Kontrol setiap hari untuk memastikan target-target Anda tercapai. Buang berbagai kebiasaan lama yang selama ini manahan Anda dalam kubangan yang jauh dari tempat impian Anda.

Dream it. Reach it, by changing your habits.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com