BOGOR, KOMPAS.com - Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Yayat Sudrajat menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam penanganan konflik di dunia maya.
Yayat menuturkan, lahirnya new media atau media baru seperti media sosial tentu memberikan manfaat bagi penyebaran informasi dan komunikasi.
Namun, media sosial juga berpotensi menimbulkan konflik dengan tersebarnya berita hoax, ujaran kebencian dan isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).
"Indonesia harus mulai memanfaatkan TIK untuk menangani konflik yang ada di dunia maya. Ini penting dalam mencegah konflik horizontal beralih ke dunia nyata," ujar Yayat dalam forum diskusi di kawasan Bogor, Kamis (24/11/2016).
Yayat mengatakan, saat ini pemerintah telah menyadari perlunya sebuah sistem deteksi dini konflik horizontal yang terintegrasi. Pemerintah pun berupaya untuk menciptakan sistem deteksi dini tersebut.
Menurut Yayat, media sosial saat ini juga cenderung dimanfaatkan oleh sekelompok orang sebagai alat provokasi antar-kelompok masyarakat.
Hal itu jelas terlihat pada masa Pilpres 2014 dan saat aksi unjuk rasa 4 November 2016 lalu.
"Demonstrasi yang awalnya berlangsung tertib kemudian menjadi ricuh menjelang malam. Saat itu isu SARA di media sosial santer beredar," kata Yayat.
Oleh sebab itu, kata Yayat, Pemerintah tengah berupaya untuk membangun sebuah sistem deteksi dini konflik horizontal di media sosial tanpa melanggar kebebasan berpendapat.
"Penggunaan teknologi media sosial seharusnya bisa dimanfaatkan untuk persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.