JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menggelar rapat koordinasi terbatas secara mendadak di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (14/11/2016).
Dalam rapat yang dimulai sekitar pukul 17.00 WIB itu hadir Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Jenderal Budi Gunawan dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius.
Saat ditemui usai rapat, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, salah satu agenda yang dibahas terkait evaluasi program deradikalisasi.
"Ya, itu kembali semuanya dibahas, perkembangan situasi di daerah juga dibahas juga, di pusat juga dibahas," ujar Wiranto.
(Baca: Bom di Samarinda Dinilai Jadi Bukti Deradikalisasi BNPT Belum Maksimal)
Wiranto menuturkan, saat ini program deradikalisasi yang dijalankan oleh BNPT menitikberatkan pada metode pendekatan lunak (soft approach).
Pemerintah, kata Wiranto, menghindari cara penanggulangan terorisme yang bersifat keras (hard approach) terhadap pelaku.
Wiranto menjelaskan, dalam program deradikalisasi, BNPT telah mendata orang-orang yang pernah terlibat dalam aksi terorisme.
BNPT pun berupaya melakukan pendekatan dan menyadarkan mereka dari ideologi radikalisme.
Di sisi lain, pemerintah juga berupaya untuk menanggulangi kemiskinan yang disebut sebagai faktor utama penyebab radikalisme muncul di masyarakat.
"Yang terpenting itu soft approach, menyadarkan mereka. Mereka yang melakukan teror itukan saudara kita juga, yang barangkali sedang khilaf, dicekoki ideologi lain. Toh sekarang ini pemerintah sudah berusaha keras untuk membangun yang namanya kemakmuran dan keadilan," kata Wiranto.
Sebelumnya, wacana evaluasi program deradikalisasi muncul dari pernyataan Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian.
Tito menganggap sejumlah pemain lama kasus terorisme kembali meneror masyarakat.
Salah satunya yang terjadi di Samarinda, Minggu (13/11/2016). Pelaku bernama Juhanda merupakan pelaku percobaan pengeboman di Serpong dan bom buku di Utan Kayu, Jakarta Timur, pada 2011.
Tito menyebut, kembalinya para pelaku ini menunjukkan bahwa program deradikalisasi belum efektif.