Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Malaysia Pimpinan MPR Cari Tahu soal Pemerataan Pribumi dan Pendatang

Kompas.com - 26/05/2016, 17:43 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan menganggap Malaysia memiliki kebijakan yang unik untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat antara pribumi dan para pendatang.

Karena itulah rombongan perwakilan parlemen Indonesia menyambangi Unit Perancang Ekonomi, yang menurut Zulkifli sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Indonesia.

Zulkifli menganggap kebijakan itu menarik lantaran adanya pembedaan jenis kependudukan, yakni pribumi, etnis Tiongkok, etnis India, dan warga asing lain.

Pembedaan jenis ini menjadi patokan untuk menggenjot pribumi agar ekonominya bertumbuh dan dapat bersaing dengan para pendatang.

"Ini pelajaran penting yang kita ambil dari Malaysia, walaupun kita tidak sama. Tapi kesenjangan yang nyata saat ini antara kaya dan miskin," ujar Zulkifli di Kuala Lumpur, Kamis (26/5/2016).

Zulkifli menganggap pembedaan status kependudukan itu tabu jika diimplementasikan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Indonesia pernah mengalami kejadian buruk di masa lalu yang dipicu masalah suku, agama, dan ras.

Terlebih lagi Indonesia berdasar pada Pancasila sehingga hak warga negara dari suku, agama, dan ras apapun adalah sama.

Meski begitu, tujuan kebijakannya sama, yakni menyetarakan kesejahteraan kaum ekonomi bawah dengan yang di tingkat atas.

"Keberpihakan pada rakyat miskin yang kurang mampu, itu harus diangkat. Programnya kan sama ya. Yang kurang mampu ada alternatif action khusus," kata Zulkifli.

Zulkifli mengatakan, yang perlu ditekankan yaitu pemberdayaan masyarakat. Pemerintah ditantang meingkatkan kemakmuran rakyat dan mendistribusi kekayaan secara mata.

Saat ini, celah antara penguasa lahan dengan masyarakat setempat sangat besar. Dalam satu wilayah, perbandingannya dua orang yang taraf ekonominya tinggi setara dengan 1.000 rakyat biasa.

"Sekarang tergantung program pemerintah. Harus ada kebijakan bagaimana jangan sampai ada kesenjangan dua orang kaya menguasai lahan 1.000 orang di situ," kata Zulkifli.

Dalam pertemuan itu, Wakil Direktur bidang Sektoral Unit Perancangan Ekonomi Malaysia, Datuk Allauddin menjelaskan alasan pemerintah Malaysia menerapkan kebijakan untuk mendorong kesejahteraan pribumi.

Terjadi ketimpangan kondisi ekonomi masyarakat asli Malaysia dengan para pendatang yang mempu mengembangkan kehidupan perekonomian mereka dengan baik. Sementara pribumi jauh tertinggal.

Adapun strategi yang mereka terapkan antara lain memperkuat pembangunan inklusif ke arah masyarakat yang adil, merekayasa pertumbuhan ekonomi dengan berinovasi dan meingkatkan daya saing, serta mengupayakan pelatihan secara teknis sebagai modal tenaga kerja.

"Kami tidak ambil secara paksa tapi kami beri peluang pada yang tertinggal agar sama dengan bangsa lain. Ini disamaratakan jadi no one left behind," kata Allauddin.

Kompas TV Ketua MPR: Pemimpin Harusnya Menyatukan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Nasional
Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Nasional
BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Nasional
Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Nasional
Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Nasional
Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Nasional
DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

Nasional
Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Nasional
Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Nasional
TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

Nasional
Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Nasional
Ketua DPP PDI-P Kaget Revisi UU Kementerian Negara Dibahas, Khawatir untuk Bagi-bagi Kekuasan

Ketua DPP PDI-P Kaget Revisi UU Kementerian Negara Dibahas, Khawatir untuk Bagi-bagi Kekuasan

Nasional
Anggota DPR-nya Minta KPU Legalkan Politik Uang, PDI-P: Itu Ungkapan Kejengkelan

Anggota DPR-nya Minta KPU Legalkan Politik Uang, PDI-P: Itu Ungkapan Kejengkelan

Nasional
Meski Urus 'Stunting', BKKBN Belum Dilibatkan dalam Program Makan Siang Gratis Prabowo

Meski Urus "Stunting", BKKBN Belum Dilibatkan dalam Program Makan Siang Gratis Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com