Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon: DPR Terlalu Mudah Diintervensi Swasta

Kompas.com - 10/12/2015, 15:17 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai, institusi DPR terlalu mudah untuk diintervensi oleh pihak swasta. Pernyataan tersebut merujuk pada kasus yang menyeret nama Ketua DPR Setya Novanto.

"Kalau kami melihat, institusi DPR ini sangat mudah diintervensi oleh swasta, apalagi swasta asing," kata Fadli seusai sidang di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/12/2015).

Bagi Fadli, lembaga DPR semestinya bisa lebih kuat dalam menanggapi isu-isu miring yang muncul. Terlebih lagi, isu yang muncul berawal dari pembicaraan secara informal, yang kemudian digiring untuk menjurus ke salah satu sosok tertentu, dalam hal ini Setya Novanto.

"Itu hanya digiring saja. Coba gunakan hati nurani. Orang politik kaliber nasional itu ngobrol bawa Presiden, menteri, itu hal biasa. Saya juga sering pakai itu," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Fadli meyakini, koleganya, Setya, tidak pernah melakukan perbuatan "hina" meminta saham dengan menggadaikan jabatannya.

Hal tersebut kemudian terkonfirmasi dari pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.

Menyitir kata Sudirman, Fadli meyakini tidak ada pencatutan nama Presiden, apalagi meminta saham PT Freeport yang dilakukan Ketua DPR.

"Baik sebagai Ketua DPR maupun dalam kapasitas lainnya tidak pernah. Kalau itu dianggap ada, yang nyatakan orang lain," kata Fadli.

"Kalau saya nangkap-nya itu semacam saran. Yang mengatakan itu pengusaha, bukan Setya. Itu juga obrolan warung kopi yang tidak ada follow up-nya," kata dia lagi.

Terkait dengan permintaan saham, Fadli menganggap isu tersebut mengada-ada. Pasalnya, tidak pernah ada saham yang dibagikan hanya melalui pembicaraan yang informal.

"Saham ini tidak mudah, dialokasikan saja susahnya setengah mati," kata dia.

Kritik Jaksa Agung

Fadli juga mengkritik keagresifan dari Jaksa Agung Muhammad Prasetyo untuk menelusuri upaya pemufakatan dalam perkara ini.

Kejaksaan dinilai lebih berperan mengusut urusan politik ketimbang hukum. "Kejaksaan sudah out proporsional. Yang gak ada akhirnya dicari-cari. Kejaksaan aneh karena gak ada darurat, tetapi menerima dirut PT asing pada tengah malam pukul 00.15 WIB," kata Fadli.

"Itu hebat sekali. Saya angkat topi kalau bisa diterapkan seluruh warga negara. Persoalan ini agak ganjil dan ini ada konspirasi. Ini pasti politik, bukan hukum," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com