Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Siap Bantu Malaysia Hadapi Buruknya Situasi Politik dan Ekonomi

Kompas.com - 18/09/2015, 17:28 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa Indonesia tidak ikut campur atas situasi politik maupun ekonomi Malaysia. Kendati demikian, Indonesia sebagai negara tetangga siap membantu negeri jiran tersebut jika memang diperlukan.

"Sebagai negara sahabat, Indonesia juga melihatnya sebagai masalah dalam negeri. Tetapi, setiap saat siap untuk memberikan suatu pikiran atau apabila dibutuhkan, kita memberikan support agar Malaysia tetap bersatu dan berjalan dengan baik," kata Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat (18/9/2015).

Hari ini, Kalla menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi. Keduanya juga menunaikan shalat Jumat di Masjid Istana Wapres dan makan siang bersama.

Dalam pertemuan tadi siang, keduanya membahas upaya peningkatan hubungan antara Indonesia dan Malaysia, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun keamanan kawasan. Keduanya juga membahas upaya bersama dalam menangani bencana asap di Sumatera dan Kalimantan.

Menurut Kalla, Pemerintah Malaysia mendukung langkah tegas Indonesia terhadap perusahaan Malaysia di Sumatera yang terbukti bersalah dalam kasus pembakaran hutan. Saat ini, Polri tengah menyelidiki dugaan keterlibatan 20 perusahaan, yang di antaranya merupakan perusahaan Malaysia.

Terkait kondisi ekonomi dan politik di Malaysia, Kalla yakin bahwa negara tersebut mampu menyelesaikan masalahnya. "Semua negara kena masalah ekonominya, biasa ini. Tetapi, masing-masing negara mempunyai suatu kemampuan dan kekuatan ekonomi sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya," ucap Kalla.

Kondisi politik di Malaysia tengah memanas seiring dengan terbongkarnya megaskandal di 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang melibatkan Perdana Menteri Malaysia Nazib Razak. Penolakan mundur Nazib Razak memicu aksi warga.

Kekisruhan politik ini berpotensi menggoyang perekonomian Malaysia. Kejatuhan pasar internasional, besarnya kepemilikan asing di obligasi pemerintah, dan utang luar negeri membuat ringgit menjadi salah satu dari mata uang yang paling rapuh di Asia terhadap dampak eksternal. Standard Chatered Global Research memprediksi ringgit akan berada di posisi 4,1685 per dollar AS dan 2,9619 terhadap dollar Singapura. Nilai tukar itu diperkirakan akan terus melemah hingga mencapai 4,20 per dollar AS pada kuartal ketiga 2015 dan 4,05 per dollar AS sampai dengan akhir 2015 akibat kaburnya dana asing dari obligasi dan ekuitas.

Najib Razak telah membentuk special economic task force atau gugus tugas ekonomi khusus untuk menyiapkan strategi tangkal krisis. Dengan adanya tim ini, Pemerintah Malaysia akan lebih responsif dan tegas dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Tim diharapkan bisa memulihkan lagi kepercayaan publik yang turun akibat kasus dugaan korupsi di 1MBD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com