JAKARTA, KOMPAS.com — Saat menjadi pemateri dalam seminar yang digelar Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (27/8/2015), Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan mengungkapkan kekagumannya kepada Presiden Joko Widodo. Luhut memuji Jokowi sebagai seorang tokoh yang menggunakan kebaikan hati dalam memimpin.
"Leadership (kepemimpinan) itu simpel. Intinya keteladanan, knowledge, hatinya dia. Pemimpin tanpa hati bisa membikin rusak. Saya tidak katakan yang besar-besarkan Jokowi, tetapi Jokowi punya kriteria ini," kata Luhut.
Pria yang juga menjabat Kepala Staf Kepresidenan ini mengaku yakin bahwa kepemimpinan Jokowi bisa membawa Indonesia lebih baik, termasuk keluar dari situasi ekonomi yang diwarnai krisis.
"Karena di negeri ini butuh kehadiran pemimpin yang membawa hatinya, tidak sekadar lips service (manis di mulut)" kata Luhut.
Menurut Luhut, kondisi perekonomian Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi tadi naik hingga mencapai hampir 2,5 persen atau lebih tinggi dari rata-rata negara lain di Asia Tenggara.
Luhut juga mengklaim tim ekonomi yang baru berhasil membangun koordinasi lebih baik di internal kabinet maupun dengan lembaga keuangan lainnya. "Koordinasi dengan bank sentral itu cukup bagus, tertib, apalagi sekarang masuk Pak Darmin, Pak Rizal, apalagi Pak Rizal itu suka genit-genit sedikit, tetapi okelah. He's smart (dia pintar) dan banyak inisiatif," kata Luhut.
Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa pemerintah tidak menganggap enteng situasi ekonomi dunia yang melemah. Pemerintah pun menyadari perlunya mengantisipasi imbas dari pelemahan ekonomi dunia tersebut.
Pada akhir pernyataannya, Luhut menyebut keberadaannya dalam pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla semata-mata untuk mengabdi kepada negara. Mantan Komandan Pusat Pendidikan Kopassus ini mengaku tidak pernah berambisi untuk melangkah maju menjadi wakil presiden atau seorang presiden.
"Saya enggak punya interest (ketertarikan untuk itu), saya enggak mungkin jadi Wakil Presiden, apalagi Presiden?" ucap Luhut.
Seminar yang digelar AIPI dan LIPI ini bertajuk "Membaca 70 Tahun Indonesia Merdeka : Tantangan Menuju Negara Demokrasi Berkeadilan Sosial". Selain Luhut, hadir sejumlah tokoh sebagai panelis, yakni Ketua Umum AIPI SH Sarundajang, mantan Menteri Perhubungan yang juga ekonom Emil Salim, dan sejarawan yang juga mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra. Hadir pula Deputi Sekretariat Wakil Presiden Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintah.
Para panelis secara umum berbicara mengenai pandangannya akan kondisi Indonesia setelah 70 tahun merdeka dan langkah apa yang perlu dilakukan ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.