Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LKPP Minta Perbaikan Aturan dan Sistem Audit Pengadaan Barang/Jasa

Kompas.com - 06/08/2015, 14:37 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) meminta dilakukannya perbaikan aturan dan sistem audit pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintahan. Usulan ini telah disampaikan LKPP kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"LKPP telah memberikan masukan kepada Presiden dan Wakil Presiden tentang ekosistem itu, detailnya tentu panjang. Tetapi, harapannya aturan pengadaannya disempurnakan dan auditnya juga disempurnakan," kata Kepala LKPP Agus Prabowo di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (6/8/2015).

Menurut Agus, ada yang salah dengan sistem audit penggadaan barang dan jasa selama ini. Sistem audit yang ada sekarang ini tidak sesuai dengan kondisi psikologis para pejabat yang cenderung takut dalam mengam kebijakan terkait pengadaan barang/jasa.

"Jadi audit sekarang itu fokusnya audit compliance procedure, padahal di negara yang lebih modern itu yang diaudit kinerjanya, output-nya. Ini yang kami mencoba menyampaikan," ucap Agus.

Terkait usulan ini, Agus menyampaikan bahwa Wapres meminta LKPP untuk lebih dulu fokus dalam memperbesar transaksi melalui e-catalog. Berdasarkan catatan LKPP, transaksi jual beli barang dan jasa melalui e-catalog sejak Januari hingga Juli 2015 mencapai Rp 15 triliun. Masih ada 179 paket dengan potensi transaksi kurang lebih Rp 100 triliun yang belum dibeli.

Untuk meningkatkan transaksi e-catalog, LKPP akan mendorong lebih banyak pengusaha berpartisipasi. Di samping itu, LKPP akan mendorong pemerintah daerah untuk mulai bertransaksi melalui e-catalog.

"Pengusaha penjualnya harus mau ikut serta, tertarik, daerah juga mulai dipersilakan coba dengan katalog lokal," ujar dia.

Agus mencontohkan langkah yang sudah dilakukan Menteri Perhubungan Igansius Jonan dalam memanfaatkan e-catalog. Belum lama ini Jonan membeli 1.000 unit bus melalui e-catalog.

Menurut dia, sistem e-catalog yang mengedepankan transparansi tersebut mampu menekan tindak pidana korupsi terkait pengadaan barang dan jasa. Sistem e-catalog juga dinilainya bisa mengefisiensikan waktu pengadaan.

"Menhub Jonan, dia punya pagu anggaran kemudian dibeli selisihnya hanya 20 persen penghematan. Itu bukti efisiensi, jadi seperti e-commerce lah ya," kata dia.

Deputi Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi LKPP Sarah Sadiqa menambahkan bahwa sejauh ini Kementerian Kesehatan menjadi lembaga yang paling aktif membeli barang dan jasa melalui e-catalog. Kurang lebih 700 dari 900 jenis obat-obatan yang harus diadakan Kemenkes sudah tersedia di dalam e-catalog LKPP.

Sarah menyampaikan bahwa LKPP akan terus menyesuaikan katalog dengan kebutuhan pemerintah. LKPP tengah menganalisis barang apa saja yang menjadi keperluan rutih dan paling banyak dibeli pemerintah.

"Seperti juga arahan Pak Wapres ialah barang-barang yang sebenarnya kebutuhan pemerintah dengan kriteria barangnya sudah tersedia di pasar, fabrikasi jadi hanya mempercepat beli. Sehingga kita tidak bisa bilang sekarang berapa persen dari populasi," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com