"Waktu KMP sedang solid-solidnya, ada partai, dua partai yang mendapat selisih satu suara (dalam pemilu)," kata Amien mengawali ceritanya.
Amien enggan menyebut dua partai yang dia maksud. Namun, perbedaan satu suara tersebut, kata dia, membawa perdebatan yang cukup panjang dalam pembagian kursi pimpinan DPR dan MPR.
Partai yang memiliki suara lebih ingin mendapat dua kursi. Partai yang memiliki satu suara di bawahnya juga enggan mengalah dan setidaknya harus mendapatkan satu kursi. Padahal, sisa kursi yang bisa dibagi saat itu hanya dua.
"Golkar, PAN, dan lainnya sudah dapat. Yang dua ini mestinya satu-satu," ucap Amien.
Parpol yang memiliki satu suara lebih sedikit pun, kata Amien, akhirnya tidak mendapatkan jabatan di DPR dan MPR. Parpol tersebut mengajukan protesnya.
"Yang kurang mengatakan, 'Partai saya bisa pecah loh. Saya jual murah partai saya'. Gara-gara ini, KMP jadi goyah," kata dia.
Jika melihat kembali pemilihan pimpinan DPR dan MPR yag lalu, semua parpol yang ada di KMP mendapatkan kursi, kecuali Partai Persatuan Pembangunan. Ketua DPR adalah Setya Novanto (Golkar) dengan wakilnya Fadli Zon (Gerindra), Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), dan Agus Hermanto (Demokrat).
Adapun Ketua MPR adalah Zulkifli Hasan (PAN), Mahyudin (Golkar), EE Mangindaan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), dan Oesman Sapta (DPD).
PPP pun akhirnya pecah antara kubu Romahurmuziy dan kubu Djan Faridz. Kubu Djan tetap bersama KMP, sementara kubu Romahurmuziy memutuskan bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat sebagai parpol pendukung pemerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.