Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Survei Palsu di "CNN" yang Menangkan Prabowo

Kompas.com - 25/06/2014, 08:16 WIB


KOMPAS.com
 — Selasa (24/6/2014) malam, ruang-ruang di media sosial riuh. Sebuah link yang mengarah pada situs berita CNN mengabarkan soal survei yang memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa atas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Judul tulisannya, "Indonesia Predict Prabowo Will Be Next Indonesian President". Tulisan itu menyebut, survei dilakukan oleh Gallup Indonesia. Hasilnya, 52 persen masyarakat Indonesia memperkirakan Prabowo akan menang, sementara yang memilih Jokowi 41 persen. Disebutkan, survei Gallup Indonesia dilakukan pada 10-21 Juni 2014.

Gallup adalah lembaga survei kredibel di AS. Gallup selalu menjadi rujukan dalam setiap pemilihan umum di negeri itu. Survei Gallup ini berbeda dengan mayoritas hasil survei sejumlah lembaga survei di Indonesia yang diterbitkan pada bulan Juni.

Survei Lingkaran Survei Indonesia yang dipublikasikan pada 15 Juni, misalnya, mendapatkan bahwa Prabowo-Hatta meraih dukungan 38,7 persen, sementara Jokowi-JK mendapatkan 45 persen, serta suara mengambang 14,4 persen.

Hasil survei lain yang dilakukan Populi Center dipublikasikan pada 4 Juni menunjukkan, Prabowo-Hatta mengumpulkan 36,9 persen, sedangkan Jokowi-JK sebesar 47,5 persen, dan suara mengambang 14,4 persen.

Survei Litbang Harian Kompas yang dipublikasikan pada 21 Juni juga mendapatkan hasil yang tak jauh berbeda. Prabowo-Hata meraih dukungan 35,3 persen suara, Jokowi-Jk 42,3 persen, dan suara mengambang 22,4 persen.

Wakil Ketua Umum Parta Gerindra Fadli Zon menuding itu merupakan hasil survei bayaran.

Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo membantah survei yang dilakukan Litbang Kompas adalah survei bayaran. Menurut Budiman, tudingan itu melecehkan kredibilitas dan kerja-kerja intelektual tim Litbang Kompas.

Survei palsu

Tulisan yang diunggah di laman CNN itu sepertinya menggembirakan bagi para pendukung Prabowo. Pius Lustrilanang mewartakan hasil survei itu di laman Facebook. "Good news," tulis dia di dinding status Facebook-nya.

Pius adalah mantan aktivis 98 yang pernah diculik oleh Tim Mawar bentukan Prabowo. Ia "berdamai" dengan Prabowo dan menjadi politisi Partai Gerindra.

Salah satu stasiun televisi bahkan mengabarkan hasil survei. Kabar ini diulang pada running text  yang muncul di layar. Namun, pemberitaan di running text itu kemudian dinyatakan ditarik. 

Warga media sosial mendapati ternyata survei itu adalah survei palsu. Tulisan di laman CNN itu bahkan tulisan palsu. Tulisan itu adalah gubahan atas artikel Lydia Saad yang pernah diterbitkan Gallup pada 16 Juni 2008. Si penggubah tulisan kurang jeli. Pada salah satu bagian masih tertera kata Americans, first black, dan Obama yang berasal dari artikel asli.

Sesungguhnya, tulisan survei Gallup palsu itu bukanlah artikel atau laporan yang diterbitkan CNN, melainkan tulisan yang ditulis oleh pembaca. Tulisan itu diunggah di laman iReport. Laman ini adalah laman yang disediakan CNN bagi audiensnya yang ingin berkontribusi menyampaikan informasi. 

iReport mirip dengan Kompasiana di Indonesia. Kompasiana adalah sosial blog yang dikelola oleh kompas.com. Tulisan-tulisan yang diunggah di Kompasiana di-posting oleh pembaca.

Tak lama setelah tulisan itu beredar, CNN kemudian mencabutnya. Kalau kita mengunjungi link artikel itu, kita akan menemukan pengumuman ini, "This iReport has been removed because it was flagged by the community and found to be in violation of the iReport Community Guidelines and Terms of Use."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com