JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat Politik dari Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai, partai politik berbasis massa Islam dan partai nasionalis seharusnya berjalan sendiri-sendiri. Pasalnya, kata dia, dari segi ideologi mereka sudah memiliki pandangan yang berbeda.
"Model koalisi 2014 ini harus berbasis ideologi dan kesamaan program. Jadi partai Islam melawan partai tengah atau nasionalis," kata Boni dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Selasa (22/4/2014).
Dengan memecah partai Islam dan partai nasionalis, menurut Boni, nantinya akan terlihat sebuah skema pembagian yang jelas. Hasilnya, lanjut dia, tidak akan ada lagi persinggungan ideologi antara kedua belah pihak.
"Politik memang harus dibelah secara ideologis sehingga kita bisa melihat dengan jelas. Misalnya, apakah benar-benar akan diterima partai Islam oleh masyarakat. Kalau Islam menang, negara bisa diatur berdasarkan ideologi Islam, tapi tetap dengan berlandaskan Pancasila," ujarnya.
Namun, menurut Boni, pemisahan partai Islam dengan partai nasionalis ini masih akan sulit terwujud. Pasalnya, kekuatan antara partai Islam dan partai nasionalis cenderung tidak seimbang. Partai nasionalis masih mendapatkan suara yang signifikan, sehingga partai Islam yang mempunyai suara lemah akhirnya cenderung bergabung dengan partai-partai nasionalis.
"Empat pemenang pemilu legislatif kemarin saja ada di partai tengah. PDI-P, Golkar, Gerindra, Demokrat, baru disusul oleh partai Islam, yaitu PKB. Jadi mampukah partai Islam ini membuat jalannya sendiri dan membuat arus mainstream? Saya kira masih sulit untuk terwujud," ucap Boni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.