Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paket "Ikan Asin" Isi Uang untuk Akil Mochtar

Kompas.com - 07/04/2014, 19:50 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Saksi Miko Fanji Tirtayasa mengaku pernah diminta Muhtar Ependy ikut mengantar dua kardus "ikan asin" ke rumah dinas Akil Mochtar, yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), di Kompleks Widya Chandra, Jakarta. Namun, kardus yang disebut berisi ikan asin itu ternyata berisi uang.

"Saya disuruh antar pesanan ikan asin saja. Itu bulan puasa, malam-malam. Saya berdua dengan Muhtar," kata Miko, ketika bersaksi untuk Akil di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (7/4/2014).

Miko menjelaskan, dua kardus itu dimasukkan ke dalam mobil Muhtar. Selain itu, Muhtar juga terlihat menenteng sebuah tas. Tiba di rumah Akil, ia menunggu di luar dan berkenalan dengan petugas keamanan rumah Akil bernama Daryono. Miko, yang merupakan asisten Muhtar, mengaku baru sekali datang ke rumah Akil.

Sementara itu, Muhtar masuk ke rumah Akil dengan menenteng tas. Saat menunggu di luar, Miko mengaku penasaran dengan dua kardus yang disebut ikan asin oleh Muhtar. Ia pun membuka kardus tersebut.

"Saya orangnya usil. Saya lihat ada dua dus besar plus shopping bag yang dibawa turun oleh Muhtar. Ternyata itu uang. Kardusnya diplakban warna coklat, tapi setelah itu saya tutup kembali," terang Miko.

Ia menjelaskan, uang itu terdiri dari pecahan uang Rp 100.000. Tak lama, Miko diminta menurunkan dua kardus itu, yang kemudian dibawa oleh Daryono ke dalam rumah Akil.

Uang dalam kardus itu diduga terkait sengketa Pilkada Empat Lawang. Ketika dicecar oleh majelis hakim tipikor, Miko menjelaskan, dua kardus tersebut sebelumnya diambil dari Kantor Bank BPD Kalimantan Barat cabang Jakarta. Saat itu, Miko mulai curiga bahwa kardus bukan berisi ikan asin. Miko juga curiga karena kardus itu tak berbau asin. 

"Biasanya ikan asin kan enggak ngambil dari bank," kata Miko.

Ia menjelaskan, sebelum mengambil dua kardus itu, Muhtar sempat dua kali bertemu dengan seseorang di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Belakangan diketahui, orang itu adalah calon bupati Empat Lawang saat itu, Budi Antoni Aljufri.

"Pertama di Soto Senayan, di MOI Kepala Gading. Waktu itu saya belum tahu siapa," ujar Miko.

Kemudian, jaksa KPK menunjukkan foto Budi. Miko membenarkan orang yang ada dalam foto tersebut pernah bertemu Muhtar. Pertemuan kedua, lanjut Miko, berlangsung di Restoran Pisang Ijo, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat itu, Miko mengaku tak sengaja mendengar perbincangan Muhtar dan Budi.

"Saya dengar Pak Budi ngobrol-ngobrol minta tolong sama Pak Muhtar masalah penghitungan suara. Beliau (Budi) bilang dizalimi suara kalah," terang Miko.

Setelah pertemuan itulah, Miko mengantarkan Muhtar mengambil kardus berisi uang di kantor Bank BPD Kalbar cabang Jakarta, Jalan Arteri Mangga Dua, Jakarta Pusat.

Dalam dakwaan, Budi disebut memberikan uang sebesar Rp 10 miliar dan 500.000 dollar AS untuk Akil melalui Muhtar. Uang itu diduga untuk memengaruhi Akil dalam memutus perkara permohonan keberatan hasil Pilkada Kabupaten Empat Lawang di MK. Perkara itu diajukan oleh Budi dan pasangan calon wakil bupati Empat Lawang, Syahril Hanafiah.

Budi mengajukan keberatan karena kalah suara dengan pasangan Joncik Muhammad dan Ali Halimi. Kemudian, berdasarkan putusan MK pada 31 Juli 2013, Budi dan Syahril akhirnya dinyatakan mendapat suara tertinggi dalam Pilkada Empat Lawang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com