Menurut Pohan, jumlah 560 anggota DPR bukanlah jumlah yang banyak. Untuk itu, ia merasa tak akan sulit bila lembaga survei melakukan survei lebih detail supaya tak ada pihak yang dirugikan.
"Harus dibedakan mana apel buruk dan baik. Dalam keranjang saat belanja tidak semua apel buruk, ada juga yang bagus. Yang salah bilang salah, yang tidak jangan dipersalahkan," kata Pohan di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (10/7/2013).
Secara terpisah, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tamsil Linrung membenarkan adanya politisi yang mencari atau memanfaatkan celah untuk keuntungan pribadi. Hal itu bisa terjadi karena adanya peluang dan lemahnya sistem rekrutmen di tingkat partai politik.
"Faktanya memang ada, tapi tidak banyak. Celahnya ada karena ada yang memberi," kata Tamsil.
Diberitakan sebelumnya, hasil survei Global Corruption Barometer (GBC) 2013 oleh Transparency International Indonesia (TII) menyatakan bahwa kepolisian dan parlemen adalah lembaga terkorup. Survei dilakukan dengan mengisi skor 1 sampai 5. Angka 1 berarti sama sekali tidak korup dan angka 5 berarti sangat korup. Negara yang masyarakatnya menyebut kepolisian lembaga paling korup ialah Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Selain polisi, posisi berikutnya ialah partai politik (3,6), pejabat publik (3,5), peradilan (3,4), dan parlemen (3,3). Untuk Indonesia sendiri, kepolisian dan parlemen menempati urutan pertama yang dianggap paling korup (4,5). Setelah itu, secara berrturut-turut ialah peradilan (4,4), partai politik (4,3), pejabat publik (4), bisnis (3,4), kesehatan (3,3), pendidikan (3,2), militer (3,1), LSM (2,8), lembaga keagamaan (2,7), dan media (2,4).
Survei dilakukan pada 114.000 orang responden di 107 negara pada kurun waktu September 2012 hingga Maret 2013. Responden merupakan masyarakat dengan populasi rumah tangga. Di wilayah Asia Tenggara mencakup negara Indonesia, Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia sendiri survei dilakukan terhadap 1.000 responden di lima kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.