Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebocoran Data Pribadi Gawat

Kompas.com - 18/02/2013, 08:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Keamanan data pribadi warga mudah sekali berpindah tangan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Kondisi ini mencemaskan karena banyak kejadian yang telah merugikan warga. Warga diminta berhati-hati dengan publikasi data privat, sementara pemerintah diminta segera menjamin keamanan data pribadi dengan membuat Undang-Undang Privasi.

Sejumlah kasus yang didapat Kompas, Minggu (17/2), memperlihatkan bahwa kebocoran data pribadi mulai dari nama, nomor telepon seluler, alamat surat elektronik, hingga yang paling parah seluruh data pribadi warga sudah dikuasai oleh orang yang tidak berhak.

Kasus seperti ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Pekan lalu, kantor berita AFP melaporkan, di Singapura, seorang karyawan bank swasta besar dipecat karena membocorkan data 87 nasabah. Data itu berupa nama, alamat surat elektronik, dan kekayaan. Pekan lalu, warga Hongkong juga memperdebatkan pengaturan data pribadi mereka.

Kekhawatiran kebocoran data pribadi di Indonesia kuat karena kartu tanda penduduk (KTP) lama yang diserahkan kepada pemerintah, menyusul program KTP elektronik, belum dimusnahkan. Di samping itu, keamanan data KTP elektronik juga belum memberikan kepastian bagi warga.

Kasus yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah tenaga penjual produk yang mengetahui nama dan nomor telepon seluler warga. Kemudian, ia menawarkan produknya.

Tri (42), warga Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, mengungkapkan kejengkelannya karena setiap hari menerima telepon dari orang yang mengaku bagian pemasaran perbankan dan asuransi.

”Tiap hari, dari pagi hingga sore, bisa lebih dari lima orang menelepon menawarkan kartu kredit dan asuransi. Kadang satu bank bisa tiga orang berturut-turut menelepon. Kalau kita angkat telepon, mereka akan langsung bicara terus-menerus sehingga sulit dihentikan, kecuali kita matiin,” ujarnya.

Ina, manajer bisnis di sebuah perusahaan nasional yang berkantor di Semarang, juga mengungkapkan kejengkelannya karena sering diganggu. ”Data pribadi kita sering diperjualbelikan kepada tenaga penjual produk bank- bank lainnya sehingga kita sering dapat telepon yang lumayan mengganggu,” katanya.

Parahnya lagi, lanjut Ina, persetujuan atas penawaran dari tenaga penjual itu dilakukan melalui rekaman pembicaraan via telepon.

”Kalau kita terjebak dengan pertanyaan mereka dengan jawaban ’ya’, itu sudah masuk kategori menyetujui untuk program yang ditawarkan. Saya pernah terjebak sebuah program di kartu kredit,” ujar Ina. Otomatis, hampir seluruh data Ina dikuasai oleh tenaga penjual itu.

Dian (34), karyawan swasta, menuturkan, hampir setiap hari dia menerima pesan singkat melalui telepon selulernya tentang promosi produk hingga tawaran pinjaman. Promosi produk yang ditawarkan itu mulai dari racun tikus hingga telepon seluler.

Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PDI-P Hasto Kristianto pernah dibajak alamat surat elektroniknya. Si pembajak menyebarkan permintaan sejumlah uang. Namun, sebagian besar penerima surat tidak menggubris sehingga tidak terjadi kerugian.

”Saya sempat berkomunikasi dengan Yahoo setelah kejadian itu. Mereka menyarankan setiap periode tertentu kita harus mengubah kata sandi,” katanya.

Pengalaman dia lainnya, sebagai pengurus partai, namanya pernah dipalsukan untuk mencari dana oleh pihak tertentu. ”Ini terjadi terutama menjelang pilkada. Ada orang yang memanfaatkan momen ini. Mereka mencari dana dengan menggunakan nama pengurus DPP,” katanya. Modus ini menggunakan KTP palsu.

Andri, pria asal Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pernah kehilangan uang Rp 2 juta pada 2008. Saat itu, ia ditelepon seseorang yang mengaku dari perusahaan telekomunikasi yang memberitahukan bahwa Andri berhasil memenangi undian berhadiah mobil Toyota Avanza.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com