Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Napi Teroris di Lapas Mataram Enggan Ikut Tarawih Berjamaah

Kompas.com - 12/06/2017, 14:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - Terpidana kasus terorisme umumnya tertutup dari lingkungannya dan enggan berbaur dengan sesama napi lainnya. Hal itu yang dikatakan Kepala Sub Seksi Keamanan Lapas Klas II Mataram, Gazali, sebagai orang yang menangani napi khusus teroris di tempat tersebut.

Di Lapas Mataram, ada tiga napi kasus terorisme. Dua napi di antaranya merupakan anggota kelompok teror pimpinan Santoso di Poso. Di bulan Ramadhan, seperti biasa, warga binaan melakukan shalat tarawih berjamaah di malam hari. Namun, hanya mereka yang enggan bergabung dengan warga binaan lain di lapas.

"Khusus untuk tiga (napi) itu, tarawih sendiri. (Shalat) dengan jamaahnya bertiga di ruangan," ujar Gazali di Lapas Klas IIA Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (12/6/2017).

Mereka juga tidak mengikuti program penyuluhan oleh polisi mengenai kontra radikal dan Pancasila. Gazali mengatakan, cara mendekati napi kasus teroris berbeda dengan napi tindak pidana lainnya. Perlu perlakuan khusus dan dilakukan secara bertahap.

Pada awalnya, Gazali hanya menyapa mereka dan disambut dengan lirikan mata.

(Baca: "Cukup Dua Jam untuk Memprovokasi Seseorang Menjadi Teroris")

"Lama-lama salam saya dijawab, wa'alaikum salam," kata Gazali.

Gazali mengatakan, pendekatan yang dilakukan juga melihat situasi. Lama-lama, mereka akhirnya berbaur dengan warga binaan lain. Ketiga napi teroris itu juga bisa berinteraksi dengan napi yang tidak satu agama dengan mereka.

Melihat sinyal positif, Gazali pun mulai memberanikan diri bertanya pada mereka soal napi lain yang agamanya berbeda. Ketiga napi itu menganggap napi lain biasa saja dan mampu berinteraksi dengan baik.

Begitupun dengan warga binaan beragama lain saat ditanya mengenai tiga napi kasus teror tersebut.

(Baca: Cerita Mantan Polisi yang Jadi Teroris Setelah Sambangi "Tangan Kanan" Noordin M Top)

"Katanya mereka ramah sama kami. Kita belum tahu bagaimana ke depan, yang jelas saya sebagai pamong tetap memantau, pendekatan pada mereka," kata Gazali.

Sejauh ini, tidak ada catatan negatif mengenai ketiga napi itu. Mereka juga aktif terlibat kegiatan sosial di lapas. Hanya saja, kata Gazali, ada beberapa kegiatan di mana mereka enggan bergabung dengan yang lainnya, seperti shalat tarawih berjamaah. Gazali pun tidak mengetahui alasannya.

"Belum pernah saya tanyakan karena tidak bisa langsung frontal (bertanya), harus pelan-pelan," kata Gazali.

"Yang jelas yang pertama kali kita lihat sikap dan pandangan mereka terhadap napi lain. Itu yang utama. Kita harus step by step," lanjut dia.

Kompas TV Penerbangan dialihkan setelah mendapat laporan penumpang yang mendengar pembicaraan tentang terorisme dari 3 warga Inggris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com