JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, gempa yang terjadi di Pidie, Aceh, pada Rabu (7/12/2016) kemarin, hampir sama dengan gempa yang terjadi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006.
Kekuatan gempa yang tercatat, kata Sutopo, sama-sama di kisaran 6,4 skala ricther.
Lokasi pusat gempanya pun sebagian terjadi daratan dengan kedalamannya yang juga hampir sama, yakni 15 kilometer.
Selain itu, pergerakan lempeng tektoniknya juga sama, yakni sesar mendatar atau saling bergesekan berlawanan arah.
"Cuma bedanya, di Yogyakarta gempanya terjadi selama 57 detik. Sedangkan di Pidie Jaya kemarin gempa terjadi selama 15 detik," ujar Sutopo, di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Mengenai banyaknya korban dalam peristiwa gempa, menurut dia, karena konstruksi bangunan tidak disesuaikan dengan kaeadaan tanah.
Konstruksi bangunan tidak dirancang untuk mengantisipasi gempa yang cukup besar.
"Dan itu terjadi banyak di kota-kota Indonesia yang berkembang di wilayah berjenis tanah aluvial, kondisi batuannya gembur," kata dia.
Dengan konstruksi bangunan yang seperti itu, maka akan mudah roboh saat terjadi gempa.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya mencatat telah terjadi gempa bumi dengan kekuatan 6,5 SR di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh pada Rabu, 7 Desember 2016, pukul 05.36 WIB.
Pusat gempa bumi terletak pada 5,25 LU dan 96,24 BT, tepatnya di darat pada jarak 106 km arah tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 15 km.