Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosiolog: Hukuman Mati Membawa Dampak Negatif bagi Masyarakat

Kompas.com - 02/08/2016, 13:32 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Sosiologi Robertus Robet menilai bahwa penerapan kebijakan hukuman mati tidak mampu menjadi solusi atas tingginya angka kejahatan. Penerapan hukuman mati dianggapnya hanya akan membawa dampak buruk bagi masyarakat.

Menurut Robet, hukuman mati sebagai satu bentuk kekerasan yang dilakukan oleh Negara akan menular pada masyarakat.

Hal ini terjadi karena logika, konstitusi, dan perintah Negara menjadi sistem yang digunakan untuk mengatur masyarakat. Dengan begitu, kata dia, Negara berperan penting dalam menanamkan benih kekerasan dalam masyarakat.

"Masyarakat mendapatkan semacam referensi kekerasan dari negara, seperti pembunuhan dan pandangan yang sempit mengenai keadilan itu sendiri. Hukuman mati mendaur ulang atau merekonstruksi kultur kekerasan," ujar Robet saat dihubungi, Selasa (2/8/2016).

(baca: Hukuman Mati Timbulkan Efek Jera Dianggap Hanya Mitos)

Kultur kekerasan, menurut Robet, terjadi karena tidak adanya nurani yang berkembang di masyarakat.

Dia menjelaskan bahwa ketiadaan nurani tersebut dapat menciptakan situasi sosial dan politik di mana kejahatan atau kekerasan dianggap biasa.

"Pada kondisi seperti ini, orang akan memahami kekerasan yang dilakukan negara merupakan 'kewajiban' yang patut dilaksanakan demi kebaikan bersama," ungkap Robet.

 

(baca: Menurut Jokowi, Eksekusi Mati Harus Dilaksanakan untuk Kepastian Hukum)

Dampak lain yang cukup mengkhawatirkan, menurut Robet, adalah kegagalan berpikir kritis atau kesalahan logika berpikir masyarakat dalam menyikapi berbagai persoalan sosial. Hal ini sudah terlihat jelas sedang dialami oleh masyarakat.

Robet menjelaskan, dari banyak jajak pendapat di media massa, diketahui tingkat kepercayaan masyarakat sangat rendah terhadap institusi penegak hukum.

Namun anehnya jika bicara soal hukuman mati, kebanyakan opini publik menyetujui hukuman mati.

Padahal, hukuman mati merupakan produk dari institusi penegak hukum yang tidak dipercayai oleh masyarakat.

(baca: ICJR Menilai Setiap Rezim Punya Kepentingan di Balik Penerapan Hukuman Mati)

"Kesalahan logika berpikir masyarakat bisa dilihat dari fakta yang sifatnya kontradiktif. Masyarakat mulai berpandangan dangkal dalam berpikir dan menilai suatu hal," kata Robet.

Selama pemerintahan Joko Widodo, pemerintah sudah menjalankan eksekusi terpidana mati kasus narkoba dalam tiga gelombang.

Enam terpidana mati dieksekusi pada 18 Januari 2015. Pada gelombang kedua, Rabu (29/4/2015), delapan terpidana mati dieksekusi. Terakhir, pada Jumat (29/7/2016), empat terpidana dieksekusi mati.

Kompas TV Inilah Terpidana Mati yang Belum Dieksekusi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com