JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Perempuan menyayangkan jatuhnya belasan korban jiwa di musim mudik lebaran tahun ini akibat terjebak kemacetan di pintu keluar Tol Brebes Timur, Jawa Tengah.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 17 orang tewas di wilayah Pejagan – Brebes, enam orang akibat kecelakaan dan 11 orang akibat terdampak kemacetan yang memakan waktu 2 - 36 jam.
Dari 11 yang meninggal, 10 di antaranya perempuan. Kejadian ini dianggap karena pemerintah lalai dalam penanganan kemacetan mudik lebaran.
(Baca: Pelajaran dari Brebes)
"Kelalaian ini terlihat dari ketidaksiapan ketika terjadi penumpukan kendaraan di pintu Tol Brebes Timur, terutama akses cepat terhadap layanan kesehatan, konsumsi dan sanitasi ketika dalam kondisi emergency," tutur Wakil Ketua Komnas Perempuan, Yuniyanthi Chuzaifah melalui keterangan tertulis, Selasa (12/7/2016).
Padahal, lanjut Yuniyanthi, pemerintah sangat mengetahui bahwa pembangunan fasilitas jalan tol belum sepenuhnya rampung.
Antisipasi terhadap situasi tersebut seharusnya sudah disiapkan secara maksimal. Mengingat mudik merupakan tradisi setiap tahun yang selalu dievaluasi pelayanan dan penanganannya.
Ia menambahkan, meninggalnya mayoritas perempuan dalam peristiwa ini juga perlu menjadi pembelajaran semua pihak tentang pentingnya fasilitas publik yang ramah terhadap perempuan, terlebih lagi dalam situasi darurat.
"Ketiadaan fasilitas pendukung yang memadai di tengah kemacetan yang luar biasa dan dalam jangka waktu yang lama, memberi dampak yang berbeda terhadap perempuan dan laki-laki," kata Yuniyanthi.
Sebab, kata dia, dalam situasi kemacetan yang ekstrem sekalipun perempuan harus tetap menjalankan peran dan fungsi gendernya terhadap kebutuhan anggota keluarga, terutama anak.
Akumulasi kelelahan dan rasa stress yang tinggi tersebut berkontribusi pada kerentanan fisik perempuan. Untuk memastikan peristiwa yang sama tidak akan berulang di masa depan, Komnas Perempuan meminta kepada pemerintah, agar melakukan beberapa hal.
Pertama, evaluasi menyeluruh dari lintas kementerian-lembaga terhadap pengelolaan arus mudik tahun 2016 dan ketersediaan fasilitas pendukungn serta infrastruktur mudik.
"Termasuk dalam hal ini dengan menggunakan analisis gender," ujarnya.
(Baca: 12 Orang Meninggal Dunia karena Macet Horor di Brebes, Salah Siapa?)
Kedua, pemerintah diminta untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi dan respons darurat yang berperspektif gender, baik dalam pengelolaan arus mudik dan arus balik maupun pada pengelolaan layanan publik lainnya.
"Ketiga, adalah menyampaikan kepada publik tentang hasil evaluasi dan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan, untuk meyakinkan publik bahwa peristiwa serupa, tidak akan lagi berulang," tutup Yuniyanthi.