Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjadi Ibu, Alasan Kartini soal Pentingnya Pendidikan bagi Perempuan

Kompas.com - 22/04/2016, 04:47 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Raden Ajeng Kartini percaya bahwa kaum perempuan di Hindia Belanda seharusnya mendapat hak atas pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki. Pemikiran ini bukan didasarkan Kartini karena alasan emosionalnya semata. 

Saat itu, perempuan Hindia Belanda memang tidak leluasa untuk mengenyam pendidikan, termasuk Kartini sendiri, meskipun dirinya berada di lingkungan bangsawan.

Menurut Kartini, kaum perempuan saat itu sulit untuk berkegiatan di luar rumah, termasuk bersekolah, karena terkungkung oleh adat istiadat yang mewajibkan perempuan dipingit ketika sudah akil baligh.

Dia sendiri pun mengalami tradisi itu ketika berusia 12 tahun dan dilarang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi oleh sang ayah.

Namun, pemikirannya berkata lain. Kartini merasa kelak kaum perempuan akan memiliki pengaruh dan tugas besar sebagai seorang ibu sekaligus pendidik bagi anak-anaknya. Karena itu, dia berpendapat bahwa seorang perempuan harus terdidik dengan baik.

Hal ini pun diungkap Kartini dalam suratnya kepada Prof Anton beserta istrinya, yang ditulis pada 4 Oktober 1902.

"Apabila kami di sini minta, ya mohon, mohon dengan sangat supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, bukanlah karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan menjadi saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini."

"Melainkan karena kami yakin akan pengaruh besar yang datang dari kaum perempuan. Kami hendak menjadikan perempuan menjadi lebih cakap dalam melakukan tugas besar yang diletakkan oleh Ibu Alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik umat manusia yang utama," tulis Kartini.

Kartini meyakini kaum perempuan lah yang pertama kali memikul kewajiban sebagai pendidik. Seorang perempuan akan menjadi seorang ibu yang akan menjadi pusat kehidupan rumah tangga.

Seorang ibu, menurut Kartini, dibebankan tugas besar untuk mendidik anak-anaknya dan membentuk budi pekertinya.

Dengan demikian, anak perempuan harus mengenyam pendidikan yang baik pula agar kelak bisa menjalani tugas dalam mendidik anak-anaknya.

Dia menyadari betul bahwa mendidik bukan hanya sekadar membuat seseorang menjadi pintar.

Ilmu pengetahuan dan intelektualitas seseorang tidak akan berarti apa-apa tanpa diimbangi dengan watak budi pekerti yang baik. Dan itu hanya bisa didapatkan melalui pendidikan dari seorang ibu dalam sebuah keluarga.

"Perempuanlah, kaum ibu yang pertama-tama meletakkan bibit kebaikan dan kejahatan dalam hati sanubari manusia, yang biasanya terkenang dalam hidupnya."

"Bukan saja sekolah yang harus mendidik jiwa anak, tetapi juga yang terutama pergaulan di rumah harus mendidik! Sekolah mencerdaskan pikiran dan kehidupan di rumah tangga hendaknya membentuk watak anak itu!" ungkap Kartini.

Kaum ibu merupakan pusat kehidupan rumah tangga, begitu kata Kartini dalam suratnya. Sebagai pusat kehidupan, seorang ibu-lah yang akan pertama-tama menentukan arah perkembangan seorang anak.

Setiap anak tentu akan memiliki peran menentukan arah perjalanan sebuah bangsa. Kartini menyebutnya sebagai sebuah pekerjaan memajukan peradaban yang secara alamiah dibebankan kepada perempuan.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Nasional
MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

Nasional
Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Nasional
Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Nasional
BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

Nasional
Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

Nasional
11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

Nasional
Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com