Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironis, Masyarakat Kini Siap Terima Politik Uang di Pilkada Serentak

Kompas.com - 05/11/2015, 15:15 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak kini mulai masuk tahap kampanye kandidat. Namun, praktik politik uang masih juga ditemui. Bahkan, masyarakat justru "memaklumi" praktik jual beli suara tersebut.

Founding Fathers House (FFH) mengambil sampel di Lamongan dan Mojokerto, Jawa Timur, sebagai daerah yang dianggap representatif terhadap pelaksanaan pilkada serentak.

Survei dilakukan pada tanggal 12-29 Oktober 2015 di 25 kecamatan di Kabupaten Lamongan dan tanggal 14 September-14 Oktober 2015 di 18 kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Total sampel yang diambil dari kedua kabupaten itu adalah 800 responden dengan metode multistage random sampling.

Hasilnya, mayoritas responden menyatakan akan siap menerima uang apabila ditawarkan oleh kandidat atau tim kampanye kandidat. "Ini adalah masalah dalam demokrasi kita," kata peneliti senior FFH, Dian Permata, dalam jumpa pers di kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kamis (5/11/2015).

Di Mojokerto, sebanyak 68,4 persen menerima politik uang, 18,8 persen menolak, dan 12,8 persen tidak tahu atau tidak menjawab. Sementara itu, di Lamongan, sebanyak 60,5 persen menerima, 21 persen menolak, dan 18,5 persen tidak tahu atau tidak menjawab.

Adapun margin of error pada survei itu adalah 4,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Panwaslu pasif

Dian juga menemukan beberapa berita surat kabar daerah di Mojokerto yang sudah memberitakan praktik politik uang calon kepala daerahnya secara terang-terangan. Salah satu berita yang ia temukan berjudul "Kades Berubah Jadi Mesin Politik".

"Ini ada di salah satu koran daerah di Mojokerto. Sudah masuk media massa," ujar dia.

Namun, Panitia Pengawas Pemilu di daerah terlihat pasif meski sudah banyak kasus politik uang ditemukan.

Oleh karena itu, ia meminta agar Bawaslu dan Panwaslu harus lebih jeli dan teliti dalam memantau pelaksanaan pilkada serentak.

"Banyak ditemukan pelanggaran secara nyata, tetapi pertanyaannya kok oleh Bawaslu tidak ketemu. Apakah yang melaporkannya tidak ada," tutur Dian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga di 3 Desa Dievakuasi

Nasional
Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Pakar: Tidak Ada Urgensi Merevisi UU Kementerian Negara

Nasional
Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Mesin Pesawat yang Ditumpanginya Sempat Terbakar Saat Baru Terbang, Rohani: Tidak Ada yang Panik

Nasional
Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik Buat Rakyat

Prabowo Berharap Bisa Tinggalkan Warisan Baik Buat Rakyat

Nasional
Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Bertemu David Hurley, Jokowi Ingin Perkuat Pengajaran Bahasa Indonesia di Australia

Nasional
Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Pemerintah Diminta Kejar Target Pembangunan 25 Sabo Dam di Aliran Sungai Gunung Marapi

Nasional
Prabowo 'Tak Mau Diganggu' Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Prabowo "Tak Mau Diganggu" Dicap Kontroversi, Jubir: Publik Paham Komitmen Beliau ke Demokrasi

Nasional
JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

JPPI: Meletakkan Pendidikan Tinggi sebagai Kebutuhan Tersier Itu Salah Besar

Nasional
Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Casis yang Diserang Begal di Jakbar Masuk Bintara Polri lewat Jalur Khusus

Nasional
Polri Buru Dalang 'Illegal Fishing' Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Polri Buru Dalang "Illegal Fishing" Penyelundupan Benih Lobster di Bogor

Nasional
Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Sajeriah, Jemaah Haji Tunanetra Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci Setelah Menanti 14 Tahun

Nasional
BPK Periksa SYL soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 M

BPK Periksa SYL soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 M

Nasional
UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

UKT Meroket padahal APBN Pendidikan Rp 665 T, Anggota Komisi X DPR: Agak Aneh...

Nasional
Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Dewas KPK Akan Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Pekan Depan

Nasional
Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Revisi UU Kementerian Negara, Pakar: Tidak Salah kalau Menduga Terkait Bagi-bagi Jabatan, jika...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com