"Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia penuh daerah rawan longsor," ujar Sutopo, dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta Pusat, Senin (15/12/2014).
Sutopo menjabarkan, dari jumlah 40,9 juta jiwa itu, terdapat 4,28 juta jiwa balita, 323.000 disabilitas, dan 3,2 juta lansia. Ketiga kelompok ini, kata Sutopo, memiliki kemampuan menghindar dan proteksi diri yang sangat minim.
Ia mengatakan, berdasarkan kepulauan, wilayah dengan kondisi alam rawan longsor terdapat di Pulau Jawa bagian tengah hingga selatan, Pulau Sulawesi bagian tengah, Kalimantan bagian utara dan tengah, serta Maluku dan Papua.
Ada pun, wilayah rawan longsor yang paling mengancam keselamatan warga, kata Sutopo, terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Menurut Sutopo, di tiga provinsi tersebut, banyak masyarakat yang sengaja memilih tinggal di daerah rawan longsor, seperti di dekat perbukitan. Sementara itu, ada tiga kabupaten/kota yang masuk dalam kategori paling rawan yaitu Wonogiri, Bogor, dan Wonosobo.
Sutopo mengatakan, ancaman terhadap masyarakat yang tinggal di kawasan rawan longsor semakin tinggi karena kurangnya pengetahuan warga untuk tanggap bencana, mau pun kebijakan publik yang diambil pemerintah daerah. Padahal, menurut Sutopo, BNPB sudah menunjukkan data-data tersebut kepada pemerintah.
Meski demikian, menurut Sutopo, di beberapa wilayah, pemerintah daerah telah berhasil merelokasi warga ke tempat yang lebih aman. Namun, ada keterbatasan lahan relokasi.
"Dulu di Banjarnegara rumahnya sudah ada yang direlokasi. Di Karanganyar juga semuanya direlokasi. Tapi tidak mungkin mereka kita pindahkan semua. Di dekat pantai nanti ada bahaya tsunami, dekat gunung, takutnya ada gunung meletus," kata Sutopo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.