JAKARTA, KOMPAS.com — Menurunkan jumlah oktan bahan bakar subsidi jenis premium dinilai dapat menjadi salah satu solusi pembatalan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Rencananya, solusi tersebut akan diajukan dan dibahas bersama pimpinan parlemen.
"Turunkan oktan premium karena terlalu tinggi. Jadi, kita buat BBM untuk rakyat yang oktannya rendah," ujar mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli, saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/11/2014).
Rizal mengatakan, tingkat oktan premium saat ini mencapai 88-90. Jumlah tersebut dinilai terlalu tinggi. Ia menyarankan agar jumlah oktan diturunkan menjadi sekitar 83. Dengan diturunkannya oktan BBM, menurut Rizal, masyarakat berpenghasilan tinggi yang biasa menggunakan premium untuk mobil mewah akan beralih menggunakan pertamax.
Oktan yang rendah, sebut Rizal, tidak cocok digunakan untuk mesin mobil baru, apalagi yang terbilang mewah. "Nanti yang pakai BBM bersubsidi hanya nelayan, angkutan umum, dan pengendara sepeda motor. Jadi, volume penggunaan premium bisa turun hingga 40 persen," kata Rizal.
Selain itu, ia juga mengusulkan agar harga pertamax dinaikkan. Menurut Rizal, kelebihan yang didapat dari penjualan pertamax nantinya akan digunakan untuk menutupi subsidi premium. Bahkan, kata Rizal, negara bisa memperoleh keuntungan lebih dari mekanisme tersebut.
"Prinsipnya, yang mampu bayar lebih mahal. Malah negara bisa untung hingga Rp 130 triliun," kata Rizal.
Rizal mengatakan, usulan tersebut masih akan diajukan kepada pimpinan DPD dan beberapa komisi di DPR. Ia berharap agar pemerintah di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo dapat mengambil kebijakan yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.