Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi PPP dan Gerindra Terancam Batal

Kompas.com - 22/04/2014, 20:37 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Majelis Syariah DPP PPP Maimoen Zubeir mendesak seluruh unsur fungsionaris dan elite PPP untuk mematuhi hasil keputusan yang diambil di dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II DPP PPP pada 7-9 Februari 2014. Mukernas II tersebut membahas mekanisme koalisi yang akan dijalin oleh PPP dalam Pemilu 2014.

"Penentuan koalisi harus ditetapkan melalui rapimnas sebagaimana amanat Mukernas II," kata Maimoen saat memberikan pernyataan sikap dalam rapat pleno di kantor DPP PPP, Jakarta, Selasa (22/4/2014).

Mukernas yang diadakan di Bandung tersebut memutuskan bahwa PPP akan menjalin komunikasi politik dengan delapan bakal capres yang ada. Dari delapan nama itu, tidak ada nama Prabowo Subianto, bakal calon presiden dari Partai Gerindra.

Maimoen menambahkan, penentuan dukungan terhadap calon presiden dan calon wakil presiden harus ditetapkan di dalam rapat pimpinan nasional (rapimnas) sebagaimana diamanatkan dalam Mukernas II. "PPP juga belum menentukan calon presiden dan calon wakil presiden," ujarnya.

Maimoen menyatakan, para kiai merasa prihatin atas konflik yang terjadi di dalam internal DPP PPP. Ia mengimbau agar semua pihak menahan diri untuk menciptakan situasi kondusif serta menghentikan segala upaya pemakzulan terhadap Ketua Umum PPP Suryadharma Ali. Selain itu, ia meminta agar seluruh pihak dapat mendukung ijtihad politik yang dilakukan Suryadharma dalam membangun komunikasi politik dengan partai lain untuk menyusun koalisi strategis demi kemaslahatan agama, nusa, dan bangsa.

"Namun, langkah-langkah strategis harus dikonsultasikan dengan Majelis Syariah, Majelis Pertimbangan, dan Majelis Pakar," kata Maimoen.

Konflik dalam PPP berawal ketika Suryadharma secara sepihak menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, dalam masa kampanye Pemilu Legislatif 2014 pada Minggu (23/4/2014). Suryadharma juga menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Pengurus lain di PPP menilai tindakan Suryadharma itu menyalahi hasil Mukernas III PPP. Mukernas memutuskan akan menjalin komunikasi politik dengan bakal capres yang ada, termasuk Joko Widodo, tetapi tak ada nama Prabowo.

Sempat muncul wacana penggulingan Suryadharma oleh sejumlah elite dewan pimpinan pusat dan dewan pimpinan daerah PPP. Namun, Suryadharma tetap bertahan dengan keputusannya dan bahkan pada Jumat petang pekan lalu mendeklarasikan koalisi dengan Partai Gerindra di DPP PPP dengan dihadiri langsung oleh Prabowo.

Karena deklarasi itu, akhirnya Wakil Ketua Umum PPP Emron Pangkapi beserta Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuzy menggelar rapat pimpinan nasional PPP dan memutuskan memberhentikan sementara Suryadharma dari jabatan ketua umum. Rapimnas itu juga memutuskan koalisi dengan Gerindra batal demi hukum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com