Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fathurrohman

Analis Kejahatan Narkotika

Hari Anti Narkotika Internasional, Mengadopsi Kebijakan Berbasis Ilmiah

Kompas.com - 26/06/2024, 15:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI HARI Anti Narkotika Internasional ini, apa yang bisa kita harapkan ketika membaca laporan Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) terkait jumlah warga dunia yang menggunakan narkoba, yang tiap tahunnya mengalami kenaikan jutaan orang?

Coba bayangkan, pada 2020 terdapat sekitar 284 juta pengguna narkoba, lalu naik menjadi 296 pada 2021.

Data tersebut menunjukkan kenaikan 12 juta pengguna narkoba di tahun 2021, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagaimana yang ditulis dalam laporan UNODC tahun 2023 tersebut.

Bagi saya, ini bukan sekadar angka laporan statistik tahunan. Cukup mengkhawatirkan. Penambahan dua belas juta orang itu kurang lebih setara dengan sepertiga penduduk Malaysia, setengah dari penduduk Brunei dan Laos, atau dua pertiga penduduk Kamboja.

Menjadi lebih mengkhawatirkan jika melihat angka dasarnya, 296 juta. Jumlah itu melampaui total penduduk Indonesia yang menempati rangking keempat terbanyak di dunia.

Ada keprihatinan sendiri jika membaca detail persoalan narkoba ini. Belum lama ini, Kementerian Luar Negeri merilis saat ini terdapat 165 warga negara Indonesia (WNI) terancam hukuman mati di luar negeri. Sebagian besarnya terjerat kasus narkoba.

Penyebab keterlibatan seseorang dalam jaringan peredaran narkoba pun beragam, ada yang ‘berkarier’ dan ada juga yang terjadi karena ketidaktahuan atau kebodohannya.

Beberapa kasus yang terjadi, dan ini sudah terjadi berulang kali, adalah karena berpacaran, terutama dengan warga asing.

Misalnya yang terjadi di BNN beberapa tahun yang lalu. Dua orang wanita, ST dan AN, ditangkap petugas dari BNN saat bertansaksi narkoba sebanyak 12 kg sabu.

Bayangkan, dua perempuan dipacarai oleh orang yang sama, seorang warga negara Nigeria. Cerita seperti ini mudah ditelusuri di internet dan terjadi dari waktu ke waktu.

Sementara bagi penyalahguna, BNN menyebutkan faktor pertemanan, termasuk dorongan pasangan, adalah penyebab utama seseorang menggunakan narkoba.

Tantangan semakin runyam karena lingkungan pertemanan tidak hanya berada di ruang fisik, tapi juga terjadi di ruang virtual.

Dua bulan lalu, saya mendapati seorang kurier narkoba yang ditangkap oleh petugas BNN. Dia yang mengaku dibujuk oleh temannya yang dulu pernah satu penjara.

Pria dewasa yang sedang kesulitan mencari nafkah untuk merawat orangtuanya yang sakit tersebut akhirnya luluh setelah di-inbox beberapa kali melalui laman Facebook-nya.

Lagi-lagi media virtual menjadi penghubung dan perantara masalah. Belum lagi beragam platform dijadikan media promosi dan penjualan narkoba.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Nasional
Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Nasional
Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com