Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Kompas.com - 06/05/2024, 19:39 WIB
Achmad Nasrudin Yahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto berencana membentuk presidential club sebagai wadah berkumpulnya presiden dan mantan Presiden untuk duduk bersama membahas persoalan bangsa.

Ide presidential club pertama kali diungkapkan oleh Juru Bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak. Dahnil menyebut Prabowo akan duduk bersama Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden ke-7 Joko Widodo pada waktunya.

Dahnil menilai, meski banyak pihak yang memiliki pandangan politik yang berbeda, namun mereka harus tetap rukun demi kemajuan Indonesia.

Kendati demikian, gagasan tersebut belakangan menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi gagasan presidential club dinilai cemerlang.

Di sisi lain, gagasan ini dianggap berpotensi menimbulkan tumpang tindih dengan jabatan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) hingga Kepala Staf Kepresidenan (KSP).

Cemerlang

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan ide Prabowo untuk membentuk presidential club sangat cemerlang.

Zulhas, sapaan akrabnya, pun mempertanyakan apakah rasa sakit hati lebih penting ketimbang memajukan Indonesia.

"Ide Pak Prabowo itu cemerlang, brilian. Saatnya kita ini bersatu. Apalah artinya sih sakit hati? Apalah artinya sih enggak enak? Ketimbang kita itu untuk Indonesia maju kita bersatu," ujar Zulhas saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/5/2024).

Baca juga: Soal Presidential Club, Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

"Oleh karena itu, kita, saya berharap betul seluruh presiden-presiden, mantan-mantan presiden bersatu untuk bersama-sama memajukan Indonesia, sehingga 2045 kita jadi negara yang kita cita-citakan jadi negara maju itu," imbuh dia.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar Dave Laksono meyakini, Prabowo menyatukan kembali dan mempererat hubungan antar para presiden terdahulu.

"Saya yakin Pak Prabowo dapat merekatkan para tokoh bangsa agar dapat menyatu demi pembangunan bangsa," ujar Dave saat dihubungi, Minggu (5/4/2024).

Partai Golkar pun menyambut baik rencana Prabowo membentuk presidential club, dan mempertemukan para presiden Indonesia dari masa ke masa.

Baca juga: Yakin Presidential Club Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Dengan begitu, akan muncul masukan-masukan dari para presiden terdahulu, untuk pemerintahan era Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka.

"Yang pasti dengan adanya masukan dari pendahulu, akan dapat memudahkan bagi Pak Prabowo untuk menjalankan roda pemerintahan nantinya," kata Dave.

Tumpang tindih

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpandangan bahwa presidential club yang digagas Prabowo berpotensi tumpang tindih dengan jabatan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) hingga Kepala Staf Kepresidenan (KSP).

"(Presidential club) akan tumpang tindih dengan Wantimpres, atau bahkan dengan KSP," kata Dedi kepada Kompas.com, Minggu.

Selain itu, ia menilai, presidential club sebenarnya tak terlalu diperlukan karena presiden telah dibantu oleh para menteri di kabinet saat menjalankan tugasnya.

Para menteri itu, menurutnya, akan siap memberikan masukkan yang diperlukan untuk menjalankan roda pemerintahan.

"Juga ada dewan pertimbangan presiden. Justru saat ini, diperlukan tata kelola pemerintahan yang subtansial, ringkas dan jauh dari rencana akomodasi politis," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Nasional
GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

Nasional
Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Nasional
Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com