Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Kompas.com - 06/05/2024, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun, seberapa hebat “deteksi” Prabowo untuk mengamankan pemerintahannya dari orang-orang “toxic”? Di sinilah tantangan dilematis itu.

Pada satu sisi pemerintahan Prabowo sangat butuh dukungan politik, terutama dari parpol. Namun, pada sisi lain, sistem dan kelembagaan politik masih memberikan tempat bagi orang-orang “toxic”.

Mereka berkelindan di parpol dan lembaga-lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Bahkan, berkelindan pula di lembaga lain yang urusannya dengan parpol dan lembaga-lembaga negara.

Suatu ironi, era reformasi justru ditandai menguatkan korupsi. Yang dicuri dan diselewengkan bukan lagi recehan, skala kecil-kecilan. Yang dikorupsi sudah skala “giga”.

Caranya pun super canggih. Tak lagi dilakukan dengan cara konvensional yang mudah ditemukan oleh penegak hukum.

Korupsi super canggih kini dilakukan dengan persekongkolan untuk menyandera lembaga-lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Di kalangan ilmuwan sosial disebut “state-hijacked corruption”.

Korupsi super canggih itu mengejawantah dalam bentuk pembelian dekrit politik, peraturan perundang-undangan, kebijakan-kebijakan, dan kontrak karya oleh korporasi besar.

Bidangnya pun berkategori “basah”, seperti pertambangan, pertanian, kehutanan, kelautan, perbankan, perdagangan dan bidang-bidang lain.

Singkat kata, negara diperalat demi kepentingan mereka tanpa bisa disebut dan dibuktikan sebagai korupsi.

Orang “toxic” bisa jadi bertampang loyalis kepada negara, tapi sejatinya memperalatnya untuk kepentingan sendiri, keluarga dan kroninya. Tanpa peduli nasib orang lain, nasib rakyat Indonesia ke depan. Yang penting mau dan menangnya sendiri.

Prabowo tak bisa cuek dengan tantangan dilematis tersebut. Tak ada pilihan tanpa risiko. Siapapun presiden terpilih akan berhadapan dengan tantangan dilematis itu.

Di Serat Kalatidha, pujangga besar sastra Jawa, Ronggowarsito, mengingatkan: “begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada” (betapapun beruntung orang yang lupa, masih beruntung yang masih sadar dan waspada).

Begitulah “zaman edan”, tatkala manusia sibuk menumpuk kekayaan material, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Kekayaan material dipuja-puja mengalahkan keluhuran budi. Bila tak “ngedan”, seseorang tak akan mendapatkan bagian.

Ujian buat Prabowo, memilih “eling lawan waspada” (sadar dan waspada) atau “ngedan” (ikut-ikutan gila).

Apakah Prabowo akan menempuh perjuangan besar untuk perubahan besar Indonesia?

“Perubahan besar membutuhkan perjuangan besar,” demikian Prabowo menorehkan keyakinannya pada buku berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman” (PT Media Pandu Bangsa, 2022).

Rakyat menunggu perjuangan besarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

Sebut Buku Partai yang Disita KPK Berisi Arahan Megawati, Adian: Boleh Enggak Kita Waspada?

Nasional
“Saya kan Menteri...”

“Saya kan Menteri...”

Nasional
Zulhas Sempat Kecewa PAN Hanya Dapat 48 Kursi DPR RI pada Pemilu 2024

Zulhas Sempat Kecewa PAN Hanya Dapat 48 Kursi DPR RI pada Pemilu 2024

Nasional
Politikus PDI-P Ingatkan Pemerintah Hati-hati dalam Penegakan Hukum

Politikus PDI-P Ingatkan Pemerintah Hati-hati dalam Penegakan Hukum

Nasional
Zulhas Ngaku Sudah Serap Ilmu Jokowi, Targetkan PAN Minimal Posisi 4 di Pemilu 2029

Zulhas Ngaku Sudah Serap Ilmu Jokowi, Targetkan PAN Minimal Posisi 4 di Pemilu 2029

Nasional
Politikus PDI-P Nilai Pemeriksaan Hasto Erat dengan Politik Hukum, Anggap Kasus Harun Masiku Musiman

Politikus PDI-P Nilai Pemeriksaan Hasto Erat dengan Politik Hukum, Anggap Kasus Harun Masiku Musiman

Nasional
Soal Peluang Usung Anies pada Pilkada Jakarta, PDI-P dan PKB Masih Mengkaji

Soal Peluang Usung Anies pada Pilkada Jakarta, PDI-P dan PKB Masih Mengkaji

Nasional
Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Nasional
Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Nasional
Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com