Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Djohermansyah Djohan
Guru Besar IPDN

Guru Besar Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Pj Gubernur Riau 2013-2014, Dirjen Otda Kemendagri 2010-2014

Batu Ujian Penguasa

Kompas.com - 21/04/2024, 12:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Anak-anak adalah cobaan bagi pemimpin dalam menjalankan pemerintahan yang baik".

PEMIMPIN yang baik disembah, ditaati. Pemimpin yang buruk disanggah, dikoreksi.

Pemimpin yang buruk tampak antara lain dari perilakunya yang terlalu "teranak". Dia menolong anaknya dengan "gila-gilaan".

Meski tak masuk pakem, standar normal di dunia pemerintahan, seperti minim kompetensi, tak jelas integritas, dan miskin pengalaman atau jam terbang, tapi tetap dipaksakan atau disorongkan menduduki jabatan.

Sedangkan mekanisme pemilihan oleh orang banyak penuh dengan rekayasa dan padat "fraud".

Lembaga penyelenggaranya dikooptasi sejak dini, dan pemilihnya yang kurang mampu diguyur aneka bantuan sosial dengan intensif jelang hari pemungutan suara.

Selain itu, konstitusi disimpangi dan diakali. UU tak dijalankan dengan lurus dan adil. Berat sebelah ke anak sibirang tulang. Regulasi yang sesungguhnya patut sekali diterbitkan, tak dibuat.

Tampak kasat mata kekuasaan "dimainkan" lewat pengerahan aparat dan manipulasi anggaran negara seperti terekam oleh media.

Keterlaluan kata si Raja dang dut Oma Irama dalam sebuah lirik lagunya.

Perilaku penguasa yang menyimpang itu telah disanggah oleh para intelektual pejuang demokrasi di dalam maupun di luar kampus perguruan tinggi di seantero negeri.

Disoroti pula oleh masyarakat internasional. Namun, dianggap angin lalu.

Dan di sisi lain tentu saja, perilaku penguasa itu dibela mati-matian oleh dayang-dayangnya, kaum penjilat dan penikmat kekuasaan, orang-orang bermentalitas feodal, Asal Bapak Senang (ABS) dan safety player, tak peduli nasib negeri.

Kini, tinggal kita tunggu ketuk palu hakim penjaga konstitusi sebagai kaum negarawan yang berumah di atas awan untuk berani pasang badan mengoreksi penyimpangan perilaku penguasa yang terlalu teranak itu agar kezaliman pemimpin tak dibiarkan, konstitusi tak dilanggar, dan yang terpenting masa depan negara demokrasi tak dipertaruhkan.

Mereka telah menyidangkan perkara sengketa hasil pilpres 2024, dengan profesional, mendengar gugatan paslon, saksi ahli dan saksi fakta.

Mereka juga memanggil 4 (empat) menteri terkait erat dengan materi gugatan. Bahkan, terakhir suara rakyat dan penglihatan jernih sahabat pengadilan (amicus curiae) turut didengarkan.

Tinggal satu harapan, kiranya putusan yang seadil-adilnya bakal mereka berikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com