Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Prabowo Pertemukan Jokowi, SBY, dan Megawati dalam Satu Meja?

Kompas.com - 14/04/2024, 06:32 WIB
Tatang Guritno,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Prabowo Subianto disebut ingin mempersatukan Presiden Joko Widodo, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dahnil Anzar Simanjuntak mencontohkan dengan mekanisme yang ada di Amerika Serikat, yakni president club.

Di sana, para mantan presiden bisa ikut serta memberi masukan untuk membangun negaranya.

“Pak Prabowo terus terang punya keinginan, bila perlu pertemuan Beliau itu antara Pak Prabowo, Bu Megawati, Pak Jokowi dan Pak SBY bisa duduk bareng, berdiskusi, ngobrolin pengalaman Beliau-beliau memimpin Indonesia, bisa sharing ke Pak Prabowo, bisa bagi tugas misalnya,” ujar Dahnil dikutip dari Kompas TV, Jumat (12/4/2024).

Baca juga: Megawati Akan Bertemu Prabowo Setelah Sidang Sengketa Hasil Pilpres Selesai

Ia mengatakan, keinginan itu muncul dari Prabowo agar Indonesia mengalami kemajuan secara signifikan dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.

Selain itu, lanjut Dahnil, Prabowo ingin ada persatuan elite agar masyarakat tidak terpecah setelah kontestasi elektoral berlangsung.

“Itu yang diinginkan Pak Prabowo. Ada persatuan antar elite, kemudian berdampak sampai bawah, ada persatuan di tingkat bawah, sehingga kita tidak terpecah belah, tidak ada benci politik, tidak dendam politik dan sebagainya, itu yang menjadi semangat dan visi politik Pak Prabowo,” ucap dia.

Megawati punya masalah lebih besar dengan Jokowi

Dihubungi terpisah, pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menganggap konsolidasi yang akan dibangun Prabowo dengan Megawati sangat mungkin lebih banyak mengalami hambatan karena Joko Widodo ketimbang SBY.

Baca juga: Jokowi Dinilai Tak Jadi Penghambat Pertemuan Prabowo dan Megawati


Menurut dia, Megawati punya persoalan yang lebih besar dengan Jokowi terkait Pilpres 2024 kemarin.

“Ya itu juga variabel yang lain selain Jokowi ya, tapi kalau kita lihat bobotnya, problemnya itu lebih dalam di Jokowi dari pada SBY,” ucap Nyarwi dihubungi Kompas.com, Minggu (14/4/2024).

Ia mengatakan, persoalan itu lebih besar ketimbang hambatan psikologis yang terjadi hampir 20 tahun antara Megawati dan SBY.

Sebab, dalam kontestasi Pilpres 2004, SBY maju sebagai capres setelah ia menjadi salah satu menteri dalam pemerintahan Megawati.

 

Saat itu, SBY menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam).

Sedangkan Jokowi saat ini menjabat sebagai presiden dan dianggap tidak bersikap netral dan condong mendukung Prabowo dan calon wakil presidennya, Gibran Rakabuming Raka.

“Karena kalau relasinya dengan SBY itu, SBY itu hanya pernah menjadi menterinya Bu Mega saja yang katakanlah ketika maju jadi capres itu tidak secara terbuka. Kalau Jokowi itu kan menempatkan dirinya sebagai presiden yang dianggap punya skenario sendiri untuk mendukung 02,” tutur dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com