Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Akankah PDI-P Jadi Oposisi?

Kompas.com - 08/04/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sikap dan determinasi Megawati tersebut, lantaran kharisma dan wibawanya yang begitu kuat, maka serta merta para kadernya mengikuti jejaknya.

Coba kita lihat dalam realitas jejaknya. Tatkala PDIP menang pemilu pada tahun 1999, tidak serta merta membuat Megawati menjadi presiden.

Lewat persekutuan dan permufakatan pat gulipat para partai di MPR, Gus Dur yang menjadi presiden. Megawati hanya menjadi orang nomor dua.

Megawati tidak kalap. Tidak memobilisasi kader-kadernya yang amat militan itu, mengayun kapak kemarahan. Megawati mengurut dada sembari tetap merawat partainya. Di sini, Megawati menerima kekalahan, tetapi menampik menjadi kalap.

Tatkala PDIP menang pada pemilu 2014, menurut rumus perolehan suara, PDIP bisa mendudukkan kadernya dalam kabinet Jokowi sebanyak tujuh orang.

Wakil Presiden terpilih ketika itu, Jusuf Kalla, datang menawarkan rumus peluang tersebut kepada Megawati.

Tak disangka, Megawati menampik mendudukkan tujuh orang kadernya dalam kabinet. Ia hanya mengusulkan empat nama. Silahkan berikan kepada yang lain-lain. Tolong cari kader-kader bangsa di luar PDIP, katanya.

Di sini, Megawati menunjukkan sikap, siap menang, tetapi menolak menjadi rakus.

Lain halnya bila saya ditanya, bagaimana posisi Partai Golkar dalam konteks beroposisi? Maklum, partai beringin ini selalu bertengger sebagai partai tiga besar sejak reformasi. Malah pernah menjadi partai penguasa absolut di masa silam.

Jawaban saya sangat tegas. Partai Golkar tidak bisa menjadi partai oposisi, karena kultur dan sejarahnya memang tidak pernah dan tidak akan bisa menjadi pihak oposisi.

Ia selalu keasyikan dan menikmati berada dalam wilayah edar kekuasaan, terlepas, siapa pun penguasanya.

Bila memang kelak, ternyata pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming yang dinyatakan sebagai pemenang, apakah partai-partai lain yang tidak beraliansi dengan Prabowo secara otomatis menjadi oposisi?

Saya ragu tentang itu. PKB, PKS, PPP dan mungkin Nasdem, kemungkinan akan gabung, menggemukkan koalisi partai pendukung Prabowo-Gibran.

Dan bila itu terjadi, pemerintahan Prabowo-Gibran bisa berjalan tanpa kontrol ketat karena oposisi berposisi kian marjinal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com