Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Budiman Tanuredjo
Wartawan Senior

Wartawan

Mundur atau Tetap Bertahan, Pilihan bagi Anwar Usman

Kompas.com - 30/03/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh sebab itu, MKMK menilai sikap Anwar Usman yang justru tidak menerima putusan MKMK No 2/MKMK/2023 adalah hal janggal.

"Dalam pandangan Majelis Kehormatan merupakan bentuk pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kode etik dan perilaku hakim konstitusi," tegasnya.

Artinya dalam jarak waktu 142 hari, Anwar Usman sudah divonis melanggar etik dua kali. Pelanggaran etik berat dan dicopot sebagai Ketua MK serta pelanggaran etik dengan sanksi teguran tertulis.

Bagi seorang hakim konstitusi yang oleh konstitusi diberi atribusi, “Negarawan yang menguasai konstitusi”, vonis pelanggaran etik seharusnya menjadi beban yang amat berat.

Merujuk pada UU MK soal syarat hakim konstitusi, ada syarat berintegritas dan tak tercela. Apakah syarat itu masih terpenuhi?

Meski bukan dikategorikan pelanggaran hukum, pelanggaran etik justru lebih berat bobotnya. Meski dalam masa pancaroba politik sekarang ini, diskursus soal etik justru kerap ditertawakan. Karena etik dianggap tak lagi penting.

Akibatnya vonis-vonis etik hanya sekadar “label politik” tanpa makna apapun. Pelanggaran etik hanya dijadikan bahan guyonan politik. Lembaga etik seperti tak bergigi berhadapan dengan sosok demikian.

Diabaikannya etik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, telah membuat negara Orde Baru ambruk. Pengabaian etik pada masa Orde Baru menjadi latar belakang lahirnya Ketetapan MPR tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tahun 2001.

Dalam etika sosial dan budaya dalam Tap MPR ditulis demikian, “…perlu menumbuhkembangkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, juga perlu ditumbuhkembangkan kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam perilaku para pemimpin, baik formal maupun informal pada setiap lapisan masyarakat…”

Dua kata kunci yang patut dicatat adalah “budaya malu” dan “keteladanan” pemimpin formal maupun informal.

Sedang dalam bagian etika politik dan pemerintahan, Ketetapan MPR menulis, “... Etika pemerintahan mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan negara. “

Kata kunci dari panduan MPR itu adalah siap mundur apabila dirinya merasa telah melanggar kaidah.”

Tap MPR mengedepankan tiga kata kunci, budaya malu, keteladanan, dan budaya mundur. Selayaknya tiga kata kunci dipertimbangkan Anwar Usman.

Mundur sebagai hakim konstitusi adalah pilihan paling bijak setelah dua vonis pelanggar etik jatuh padanya. Seperti kerap dikatakan Anwar Usman, jabatan adalah milik Tuhan.

Bagaimana Anwar menjawab vonis kedua dari MKMK, masih harus ditunggu. Mau bertahan sampai habis masa jabatannya dan tetap menjadi beban lembaga atau mau mundur sebagai hakim konstitusi, sepenuhnya tergantung pada Anwar Usman.

Namun, buat apa bertahan sebagai hakim konstitusi jika kehadirannya menjadi beban bagi Mahkamah sampai di-pleset-kan menjadi Mahkamah Keluarga.

Namun apapun, hidup adalah pilihan. Tak ada yang bisa memaksa Anwar harus bertahan atau harus mundur. Namun jika ingin menolong Mahkamah, mundur adalah pilihan tepat.

Saya sempat ngobrol dengan jenderal purnawirawan. Ia justru mengirimkan card berisi kutipan Martin Luther King. We need leaders not in love with money but in love with justice. Not in love with publicity but in love with humanity.....

Di negeri ini mungkin rakyatnya yang malu melihat perilaku pemimpinnya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com