Merujuk pada sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, Indonesia harus mampu mensponsori perdamaian di wilayah yang sedang berkonflik atas nama agama.
Kita bisa merangkul mereka, sekaligus warga dunia, bahwa di bawah langit yang sama kita semua bersaudara.
Dengan demikian, Pancasila bukan hanya berguna secara langsung dalam konteks Indonesia, tetapi juga dapat menjadi jalan keluar potensial guna mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil, damai, dan berkelanjutan.
Namun, demi mewujudkan hal tersebut, diperlukan komitmen bersama dari seluruh masyarakat global untuk mengejawantahkan nilai-nilai universal yang terkandung dalam Pancasila ke dalam kebijakan dan praktik di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Pada Kamis, 7 September 2023 di Jakarta, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, memuji semboyan Bhineka Tunggal Ika yang diakuinya, bahkan bisa menjadi pemersatu dan penjaga keberagaman di Kawasan Asia Tenggara, bahkan dunia.
Ia menyampaikan hal itu manakala memberikan keterangan di hadapan media asing dan nasional di Media Center Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN Jakarta.
"Bhinneka Tunggal Ika adalah kesatuan dalam keberagaman. Ini bukan hanya motto nasional Indonesia. Melainkan kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi kita semua,” katanya.
Guterres pun mengakui peran konstruktif ASEAN di bawah kepemimpinan Indonesia selama 2023 dalam menciptakan perdamaian, khususnya dalam upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan hingga Semenanjung Korea, dengan mengedepankan dialog dan mendorong penghormatan terhadap hukum internasional.
Ia turut menggarisbawahi konflik di Myanmar dan menyampaikan keprihatinannya. Ia pun mengapresiasi dan mendukung berbagai upaya Indonesia untuk menuntaskan isu Myanmar dengan melibatkan semua pihak yang berkonflik.
Pernyataan yang disampaikan Sekjen PBB tersebut, seolah menyambut tawaran Presiden Sukarno saat berpidato dalam Sidang Umum PBB pada 30 September 1960, yang mengajukan Pancasila sebagai adicita dunia modern.
Saat itu Presiden Sukarno diberi kesempatan menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB yang berjudul “Membangun Dunia Kembali (To Build The World A New)”.
Teks pidato Sukarno itu sepanjang 28 halaman. Sedangkan dalam pidatonya, ia menyitir Pancasila sebanyak 23 kali.
"Lebih tegas, demokrasi tampaknya merupakan keadilan asli dari manusia, meskipun diubah untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi sosial yang khusus. Selama beribu-ribu tahun dari peradaban Indonesia, kami telah mengembangkan bentuk-bentuk demokrasi Indonesia. Kami percaya bahwa bentuk-bentuk ini mempunyai pertalian dan arti internasional," ujar Sukarno dalam pidato menggemparkan tersebut, yang kini diakui sebagai memori dunia.
Pemilu 2024 yang telah kita rampungkan, mestinya bisa menjadi tolok ukur karakter bangsa ini—yang terus tumbuh berkembang. Para pendiri bangsa Indonesia sudah cukup memberi begitu banyak teladan untuk kita.
Soalnya sekarang, berkenankah kita memetik teladan itu dari pohon kebijaksanaan yang sudah mereka tanam puluhan tahun silam?
Dalam menghadapi tantangan kompleks terkait proses demokrasi dan kohesi sosial, kita tidak boleh melupakan warisan bermakna yang ditinggalkan oleh para pendahulu.
Pesan-pesan luhur seperti "Urip iku urup" yang mengajarkan tentang pentingnya memberi manfaat bagi orang lain, "Memayu hayu ning bawana" yang menegaskan pentingnya menciptakan keselamatan dan kebahagiaan bersama, serta "Ojo ketungkul marang kalungguhan" yang mengingatkan agar tidak terkungkung oleh keinginan duniawi, merupakan landasan moral yang tetap kontekstual dalam menghadapi tantangan zaman ini.
Sebagai bangsa yang mengakar pada nilai-nilai Pancasila, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kita.
Dengan mengambil hikmah dari pesan-pesan luhur para pendahulu kita, kita dapat memperkuat fondasi demokrasi, mempererat kohesi sosial, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap tindakan dan keputusan kita.
Maka, marilah kita bersama-sama mengambil inspirasi dari nilai-nilai luhur Pancasila dan pesan-pesan bijak para pendahulu kita untuk membangun masa depan lebih baik bagi generasi mendatang.
Dengan komitmen yang kuat untuk menjaga integritas, inklusivitas, dan partisipasi yang sehat, kita dapat bersama-sama melangkah maju sebagai negara yang adil, berdaulat, dan bermartabat di panggung dunia.
Terima kasih berdaun-daun kepada para pendahulu kita yang telah memberikan teladan yang berharga, dan semoga kita dapat mewariskan nilai-nilai tersebut dengan bangga kepada para generasi selanjutnya. Rahayu!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.