Upaya itu misalnya dilakukan dengan memperkuat nilai-nilai moral dan integritas, seperti harus malu ketika melakukan kesalahan dan kecurangan.
"Hukum harus ditegakkan pada siapa pun yang bersalah dan melakukan perbuatan melawan hukum. Siapa pun yang tidak mematuhi aturan, mengabaikan perintah, harus didisiplinkan," ucap Fahmi.
Baca juga: TNI AD Ingin Bangun 22 Kodam Baru, KSAD Sebut Agar Imbang dengan Polda
Maka dari itu, Fahmi mengingatkan pimpinan TNI-Polri, terutama yang ada di lapangan, harus mampu memberi teladan dan meningkatkan pengawasan, bukan malah membiarkan atau malah memfasilitasi arogansi dan aksi main hakim sendiri.
Dia menyayangkan pimpinan TNI dan Polri yang seakan menyederhanakan masalah dengan menyebut insiden yang terjadi seolah-olah hanya sekadar kesalahpahaman.
Lalu, pimpinan TNI juga harus berhati-hati dalam pelaksanaan kegiatan prajurit yang melibatkan masyarakat atau berada di tengah masyarakat.
Fahmi menyebut, ada banyak hal yang dapat memicu terjadinya kesalahpahaman berujung kekerasan.
"Termasuk yang kemudian dapat memicu benturan dengan kewenangan Polri dalam pemeliharaan kamtibmas, seperti yang kabarnya memicu persoalan di Jayawijaya kemarin," kata dia.
Sementara itu, Fahmi mengingatkan Polri harus lebih berhati-hati dalam menjaga sikap dan perilaku.
Sebab, kata dia, polisi memiliki kewenangan yang tidak dimiliki TNI. Fahmi meminta polisi untuk tidak arogan.
"Jangan arogan, apalagi sewenang-wenang. Kenapa? Karena selain didukung kekuatan fisik, mereka punya kekuatan lain yang jelas tidak dimiliki anggota TNI di tengah masyarakat, yaitu kewenangan bertindak atas nama hukum," kata Fahmi.
"Bagaimanapun, polisi ini meski kinerjanya baik, dia masih bisa dibenci, terutama oleh para pelaku kejahatan dan pelanggar hukum. Apalagi jika kinerjanya buruk, masyarakat pasti tidak suka," ucap dia.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak mengatakan, kejadian prajurit TNI menyerang markas Polres Jayawijaya, Papua hanyalah emosi sesaat anak muda.
Maruli menyebut, yang terpenting adalah jangan sampai ada korban jiwa dari serangan-serangan seperti itu.
"Ya mudah-mudahan tidak sampai ada korban jiwa apa segala macam lah. Tapi ini saya pikir anak-anak muda yang emosi sesaat lah," ujar Maruli saat ditemui di Markas Kopassus, Jakarta Timur, Kamis (7/3/2024).
Menurut Maruli, pihaknya sudah berhasil meredam emosi para prajurit.