"Ini dari data exit poll (Litbang Kompas) yang di-cross dengan data Pemilu 2019," sebut Toto.
Kembali ke soal kejelasan, sejatinya pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar juga menawarkannya, yaitu perubahan. Namun kejelasan ini tidak menuai efek besar di elektabilatas, menurut Toto karena persoalan ideologi yang juga berbeda.
"Kalau Prabowo dan Ganjar itu kan sebenarnya sama-sama mewakili ideologi nasionalis. Itu yang tak ada pembeda di antara mereka, sehingga pemilih pun merasa tidak apa-apa juga memlih Prabowo meski di Pileg memilih PDIP berdasarkan faktor kejelasan tadi," papar Toto.
Secara gesture, lanjut Toto, Prabowo juga dianggap lebih tegas dibanding Ganjar oleh pemilih. Adapun Ganjar dinilai unggul sebagai sosok merakyat.
"Namun tampaknya dalam penentuan pilihan, tegas lebih dianggap penting dibanding merakyat, untuk saat ini," kata Toto.
Fenomena split ticket voting antara lain pernah menjadi bahan disertasi M Qodari di Universitas Gadjah Mada (UGM). Di disertasi itu dia menggunakan contoh kasus Pileg dan Pilpres 2014.
Di situ Qodari mengurai faktor yang dapat memicu fenomena ini, termasuk pembeda dengan praktik serupa di negara demokrasi lain yang lebih matang dibanding Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.