Produksi beras pada Januari dan Februari setiap tahunnya, kata dia, memang lebih kecil daripada bulan-bulan sebelumnya.
Sehingga, jika ada kenaikan harga beras di awal tahun sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi.
Baca juga: Susul Beras, Harga Cabai dan Tomat di Pasar Kosambi Bandung Naik 100 Persen
Akan tetapi, khusus pada Januari dan Februari 2024 ada faktor dampak El Nino pada 2023 yang membuat musim tanam menjadi mundur.
"Bahkan ada yang gagal tanam dan sebagainya. Kenapa mundur? Karena kalau menanam padi itu kan butuh banyak air, nah sementara kadang-kadang hujan sekali, tapi kemudian lalu kering, itu kadang (lalu) hilang," ungkap Eddy
"Lalu enggak jadi menanam, atau enggak bisa nanem. Tapi intinya musim tanam mundur, sehingga kemudian sudah dari November itu kita memproyeksikan, ada proyeksi dari BPS bahwa produksi beras pada Januari itu memang sangat terbatas. Sampai Februari itu masih kurang dari yang dibutuhkan," jelasnya.
Eddy menuturkan, kebutuhan beras nasional dalam satu bulan rata-rata bisa mencapai 2,5 juta ton.
Sehingga, jika produksi beras dalam sebulan kurang maka harga akan naik.
"Jadi ada pengaruh produksi berkurang, terutama karena musim tanam yang mundur, karena ada El Nino. Ada lagi karena kenaikan biaya dari tingkat petani. Kan kita tahu ya ada konflik rusia Ukraina, yang membuat harga pupuk meningkat," kata Eddy.
"Intinya tensi global, faktor di luarlah yang membuat harga pupuk naik dan sebagainya. Dan itu sangat memengaruhi biaya produksi di petani. Sehingga, itulah yang kemudian membuat harga beras sekarang itu tinggi," tambah deputi yang mengurusi bidang ekonomi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.