JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi III Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Eddy Priyono mengatakan, harga beras diperkirakan akan mulai turun pada Maret 2024.
Namun, penurunan diprediksi berlangsung bertahap seiring naiknya produksi beras setelah musim panen raya.
"Kita harapkan iya (harga mulai turun Maret 2024). Kalau produksi benar seperti yang diproyeksikan Kementerian Pertanian kita bisa surplus dan harga terjangkau," ujar Eddy di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin (19/2/2024).
"Bahkan sebelum itu kita sudah operasi pasar atau stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) ya. Kemudian pasokan Bulog beras premium ke ritel modern juga jalan kita harapkan harga sedikit turun," tuturnya.
Baca juga: Keluh Kesah Pedagang Beras Pasar Rawasari: Harga Tinggi, tetapi Warnanya Cokelat!
Eddy pun menyatakan pemerintah berharap penurunan harga beras terjadi secara perlahan.
Dengan begitu, tidak merugikan bagi petani, pedagang, ataupun konsumen.
"Makanya kami tak pernah bilang bahwa harga harus murah, kalau bicara harga murah, kasihan petani juga. Kita mau harga yang wajar terjangkau cukup menguntungkan buat produsen, tapi tidak terlalu beratkan konsumen. Praktiknya enggak mudah," jelasnya.
Sementara itu, saat ditanya soal berapa penurunan harga yang akan terjadi, Eddy belum dapat memastikan.
Sebab, masih akan dilihat dari hasil produksi beras saat musim panen mendatang.
"Nanti kalau panen raya harga pasti turun, turunnya berapa kita belum tahu. karena sangat tergantung kepada produksinya berapa," katanya.
"Kalau Januari memang (produksi beras) kurang banget, kebutuhan beras itu rata-rata 2,5 juta ton per bulan, Februari ini udah ada kenaikan produksi, tapi belum cukup, Maret itu sudah mulai surplus kalau menurut dari hitungan Kementerian Pertanian," tambahnya.
Baca juga: Mendag Zulhas Ungkap Biang Kerok Beras Premium Langka di Ritel Modern
Dalam kesempatan tersebut, Eddy juga menyebut pemerintah menyadari harga beras di pasaran saat ini sangat tinggi.
Menurut dia, setidaknya ada dua faktor yang mendorong kenaikan harga beras akhir-akhir ini.
"Kita sadari sepenuhnya bahwa harga beras sekarang itu sangat tinggi. Ya itu, seperti yang sudah pernah dijelaskan Badan Pangan Nasional, karena produksinya kurang, lalu biaya produksi distribusi ada kenaikan sedikit karena ada kenaikan BBM dan sebagainya. Itu penyebab harga tinggi," ujar Eddy.
Eddy menjelaskan, beras merupakan produk pertanian yang ketersediaannya sangat tergantung kepada musim.
Produksi beras pada Januari dan Februari setiap tahunnya, kata dia, memang lebih kecil daripada bulan-bulan sebelumnya.
Sehingga, jika ada kenaikan harga beras di awal tahun sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi.
Baca juga: Susul Beras, Harga Cabai dan Tomat di Pasar Kosambi Bandung Naik 100 Persen
Akan tetapi, khusus pada Januari dan Februari 2024 ada faktor dampak El Nino pada 2023 yang membuat musim tanam menjadi mundur.
"Bahkan ada yang gagal tanam dan sebagainya. Kenapa mundur? Karena kalau menanam padi itu kan butuh banyak air, nah sementara kadang-kadang hujan sekali, tapi kemudian lalu kering, itu kadang (lalu) hilang," ungkap Eddy
"Lalu enggak jadi menanam, atau enggak bisa nanem. Tapi intinya musim tanam mundur, sehingga kemudian sudah dari November itu kita memproyeksikan, ada proyeksi dari BPS bahwa produksi beras pada Januari itu memang sangat terbatas. Sampai Februari itu masih kurang dari yang dibutuhkan," jelasnya.
Eddy menuturkan, kebutuhan beras nasional dalam satu bulan rata-rata bisa mencapai 2,5 juta ton.
Sehingga, jika produksi beras dalam sebulan kurang maka harga akan naik.
"Jadi ada pengaruh produksi berkurang, terutama karena musim tanam yang mundur, karena ada El Nino. Ada lagi karena kenaikan biaya dari tingkat petani. Kan kita tahu ya ada konflik rusia Ukraina, yang membuat harga pupuk meningkat," kata Eddy.
"Intinya tensi global, faktor di luarlah yang membuat harga pupuk naik dan sebagainya. Dan itu sangat memengaruhi biaya produksi di petani. Sehingga, itulah yang kemudian membuat harga beras sekarang itu tinggi," tambah deputi yang mengurusi bidang ekonomi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.