Saat ini, lanjut Fahri, masih ada basis pendukung Prabowo yang belum kembali adalah mereka yang militan, karena mereka menutup diri untuk berdiskusi dan berdebat mengenai rekonsiliasi.
“Mereka menolak secara militan, mereka marah sama Pak Prabowo, karena gabung sama Jokowi. Mereka merasa umat dihina. Sehingga saya katakan, jadi menurut anda pemimpin itu tidak boleh bersatu? Dia harus terus berperang, tidak ada lagi jalan damai. Tidak ada lagi namanya perdamaian, rekonsiliasi dan sebagainya. Jadi menurut Anda, pemimpin itu lebih baik bersengketa daripada gotong royong? Mereka tidak bisa menjawab,” jelasnya.
Intinya, sebut Fahri, pada basis militan pendukung Prabowo telah ditanami bibit-bibit kebencian, sehingga tidak menerima berbagai macam bentuk perdamaian.
Baca juga: Airin Yakin Pendukung Golkar di Banten Pilih Prabowo-Gibran
“Umat ini menurut mereka, kalau bisa ada dalam tekanan terus menerus, ada dalam ancaman dan tuduhan-tuduhan macam-macam. Tidak mau menerima kalau umat pada akhirnya seperti dalam perjanjian Hudaibiyah zaman Rasulullah SAW. Jadi, memang di kanan ini ada yang parah,” katanya.
Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 itu terus berusaha mengajak pemilih militan Prabowo untuk berdialog.
“Kita lebih baik fokus menyusun agenda ke depan, karena krisis ada di depan mata. Kita harus berpikir kepentingan nasional, tanggal 14 Februari adalah hal yang strategis buat kita, sehingga kita berharap tidak ada gangguan. Itulah kenapa Partai Gelora mengampanyekan satu putaran dan aklamasi, karena dunia tidak sedang baik-baik saja,” ujarnya.
Sementara itu, peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan, hasil survei LSI Denny JA yang menyebut bahwa paslon nomor urut dua berpotensi memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran.
Baca juga: TKN: Pelanggaran Etik Ketua KPU Tak Berdampak ke Pencapresan Prabowo-Gibran
“Semua temuan survei di lapangan, metodenya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mau satu putaran atau dua putaran, akan ditentukan oleh pemilik suara tanggal 14 Februari nanti. Tapi memang ada potensi, kandidat atau calon presiden yang memperoleh hasil dukungan diatas 50 persen,” ungkap Adjie.
Dengan dukungan mencapai 50,7 persen itu, kata Adjie, pilpres satu putaran yang diinginkan oleh 84 persen pemilih, berpotensi dimenangkan oleh Prabowo-Gibran.
“Ada keinginan mayoritas publik agar Pilpres berlangsung satu putaran, supaya pemerintah fokus mengurusi kebutuhan masyarakat, dan menghindari terjadinya konflik,” katanya.
Adjie mengatakan, ada tren kenaikan signifikan dari elektabilitas nasional dari tiga survei yang dilakukan LSI Denny JA, terutama dalam survei terakhir pada Desember 2023 hingga akhir Januari 2024.
“Ada tren kenaikan sebesar 7 persen dalam rentang satu bulan. Apabila dalam kurun waktu 15 hari menuju tanggal 14 Februari kenaikan konsisten berada di angka 5-7 persen, memang paslon nomor urut dua berpotensi menang satu putaran,” katanya.
Baca juga: Menyoal Pembagian Becak Listrik Saat Kampanye Prabowo-Gibran di Madiun yang Disorot Bawaslu
LSI Denny JA, lanjut dia, sedang melakukan survei terakhir untuk periode terakhir, yakni 15 hari menjelang penclobosan. Hal ini dilakukan ntuk memastikan Pilpres akan berlangsung satu putaran.
“Kalau trennya masih terjaga, potensi satu putaran sangat besar. Kita tunggu tanggal 7 atau 8 Februari, nanti kita rilis hasil survei,” katanya.
Hal senada disampaikan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran Hasan Nasbi. Ia mengatakan, mayoritas publik ingin pilpres satu putaran.
“Dari dulu saya sudah berteori, akan ada migrasi besar-besatan pemilik suara Pak Jokowi dari nomor tiga dan dua. Tadinya saya berpikir akan berhenti pada 7 Januari 2024, saat pascadebat justru ada gempa susulan,” kata Hasan Nasbi.
Menurut Hasan, banyak pendukung Jokowi yang kini mendukung Prabowo-Gibran. Kondisi ini, disebut dia, berpotensi membuat Pilpres 2024 berjalan satu putaran.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Ajak Masyarakat Beri Sanksi Etik ke Prabowo-Gibran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.