Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Mahasiswa, Turunlah Mengawasi Pemilu

Kompas.com - 01/02/2024, 12:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANAK-anakku, para mahasiswa-mahasiswi, putra-putri harapan bangsa. Tanggal 14 Februari 2024, masa depan kalian dan bangsamu, akan ditentukan.

Di situlah kedaulatan rakyat dipraktikkan. Di situlah martabat individu diuji. Pemilu untuk menentukan siapa yang menjadi nakhoda bangsa hingga lima tahun ke depan, dilaksanakan.

Tolong anak-anakku, turunlah ke bawah, mengawasi proses pelaksanaan pemilu itu. Jadilah kalian pengawas pemilu, yang penuh selidik, padat keingintahuan, di mana ada kemungkinan kecurangan terjadi.

Pakailah jaket almamatermu semua, tunjukkan bahwa kalian hadir bersama rakyat. Kalian membela demokrasi dan kebebasan. Sayangilah bangsamu agar tidak dibodohi oleh seribu janji kumenanti.

Sayangi dan lindungilah bangsamu ini, agar mereka tidak terintimidasi oleh kekuasaan dan kekuatan apapun, untuk menggunakan kedaulatannya, memilih calon pemimpin sesuai kehendak hatinya. Bukan digiring untuk mengalahkan dan memenangkan calon tertentu.

Dampingilah mereka sampai ke bilik-bilik suara agar mereka tidak takut menunjukkan kedaulatan diri mereka. Itulah pengabdianmu buat bangsamu, wahai anak-anak muda.

Wahai mahasiswa-mahasiswi, kalian adalah kaum idealis, yang tidak tertarik dengan godaan dan tak gentar dengan intimidasi.

Dalam lintasan sejarah tentang perubahan nasib bangsa, kehadiran dan kepeloporanmu telah terbukti. Kalianlah yang selalu menarik gerbong perubahan itu. Kalian telah mempertaruhkan nyawa dan statusmu demi tegaknya keadilan dan kebebasan itu.

Sebagai kaum idealis, tidak ada perubahan zaman tanpa kepeloporanmu. Karena itu, kalian selalu diidentifikasi sebagai moral force (kekuatan moral).

Kalian memang tidak bersenjata. Kalian memang tidak mampu membayar orang. Namun kalian memiliki kekuatan dahsyat yang bernama integritas.

Modalmu itulah yang membuat rakyat, tidak sekadar menyayangimu, tetapi bergantung padamu. Baktimu buat ibu pertiwi, kini dinanti.

Jangan pemilu dinodai oleh syahwat kekuasaan yang mendera. Jangan pemilu dinodai oleh laku kuasa yang tuna akhlak. Pemilu adalah alat ukur tentang demokrasi, yang selalu kalian perjuangkan. Tak ada demokrasi tanpa pemilu yang jujur dan adil.

Membangun dan memelihara demokrasi sangat mahal. Kita sudah memiliki dan menikmati buah demokrasi sejak reformasi bergulir.

Kini, demokrasi yang telah hadir itu, hendak dipreteli lagi oleh laku kuasa yang tak senonoh. Demokrasi kita terancam sekarang oleh godaan kekuasaan yang dijalankan secara absolut.

Demokrasi kita menunjukkan gelagat oleng, diterpa oleh badai kekuasaan yang semena-mena. Kekuasaan yang buta dan tuli tentang prinsip moral dan aturan main yang jelas.

Demokrasi kita sekarang terluka parah oleh sabetan perilaku orang-orang yang haus kekuasaan.

Demokrasi kita kini sedang dilumpuhkan oleh perilaku kuasa yang tidak ditopang oleh nilai moral dan etika.

Pemilu seolah dijadikan barang komoditas yang tunduk dengan mekanisme pasar: supply and demand. Karena itu, demokrasi seolah jadi barang pajangan, yang sewaktu-waktu bisa dilelang.

Demokrasi dipersepsikan hanya sebagai mekanisme belaka, bukan sebagai nilai. Demokrasi karena itu, diperlakukan sebagai barang lelangan yang terikat dengan prinsip: penawar tertinggi yang keluar sebagai pemenang lelang.

Demokrasi itu memberi harapan tentang siapa, yang suatu saat akan diakui oleh rakyat sebagai pilihan mereka.

Demokrasi itu adalah pelataran tempat semua orang duduk menikmati keindahan, dengan posisi yang sederajat. Tidak ada yang di atas, tak ada yang di bawah. Pelataran itulah yang kita semua perjuangkan agar tidak menjadi pelataran berdasarkan kasta sosial.

Saya membayangkan, mahasiswa seluruh Indonesia, menyatu dalam tekad dan keinginan untuk merawat demokrasi.

Caranya, membantu pengawas pemilu (Panwaslu), mencegah orang melumpuhkan demokrasi di negeri ini, dengan cara meraih kemenangan dalam pemilu dengan cara-cara kotor, defisit moral, penuh intimidasi dan ancaman, dan membagi-bagi uang. Berilah martabat buat bangsamu ini.

Saya membayangkan, anak-anakku, para mahasiswa, mulai kini, serentak turun ke bawah, memonitor dan mencegah para kepala desa, lurah, camat, bupati, gubernur menyalahgunakan kewenangannya untuk menghalang-halangi rakyat memilih pilihan sesuai kata hati mereka, dan memaksa rakyat memilih orang atau calon tertentu.

Saya membayangkan, para mahasiswa-mahasiswi di seluruh negeri berpekik keras memprotes para aparat dan organ negara yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk memenangkan calon tertentu.

Anak-anakku para mahasiswa dan mahasiswi.

Mulai kini, bergeraklah kalian memberitahu para pemilih bahwa bantuan sosial yang dibagi-bagi menjelang pemilu adalah hak mereka dan itu uang negara.

Bukan atas belas kasihan para calon. Bukan atas rasa iba untuk membantu rakyat, tetapi ikhtiar menyogok rakyat.

Bansos adalah bancakan untuk kepentingan politik. Bukan lantaran ingin membantu, tetapi ingin dibantu oleh rakyat dengan cara memilih mereka di tempat-tempat pemungutan suara.

Anak-anakku para mahasiswa-mahasiswi seantero negeri.

Busungkanlah dadamu bahwa kalian memang harapan bangsa ke depan, yang tidak bisa dipenetrasi oleh titah kuasa dan godaan status serta benda.

Status kalian itulah yang membuatmu didengar oleh rakyat. Maka, pandulah mereka menolak kesewenang-wenangan kekuasaan yang menginginkan kecurangan dalam pemilu.

Tampillah sekarang ke depan, menyalakan obor kebenaran. Kebenaran tentang pemilu yang jujur dan adil.

Masa depan bangsamu ada pada pemilu yang dilaksanakan dengan konstitusi dan moral. Bukan pemilu yang menetapkan keterpilihan seseorang dengan cara-cara curang, padat dengan kelicikan, surplus dengan intimidasi kuasa.

Awasi pelaksanaan pemilu demi tegaknya kedaulatan rakyat, termasuk kedaulatan para mahasiswa-mahasiswi.

Kini, ibu pertiwi menanti bakti kalian. Harapan rakyat agar kedaulatannya dihargai, tersampir di atas pundak kalian, wahai anak-anakku, para mahasiswa dan mahasiswi.

Kemarin, di kampus Bulaksumur, Universitas Gajah Mada, para profesor, dosen dan pembimbingmu bersuara lantang menegur kekuasaan.

Mereka sudah sepuh, tetapi nalar, nurani, dan integritas mereka tetap terawat dengan awet. Tidak terkikis oleh bilangan usia.

Murid yang mengikuti teladan guru, adalah murid yang diberkahi. Selamat berjuang anak-anak muda bangsa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Nasional
Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com