Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Sipil Diharap Tetap Kritis dan Tak Terkecoh Pencitraan Capres

Kompas.com - 29/01/2024, 10:29 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat sipil dari berbagai kalangan diharapkan turut serta aktif mengawasi pemerintahan dan melakukan kritik terhadap siapapun presiden dan wakil presiden yang terpilih dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Hal itu disampaikan Direktur Pusat Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Wijayanto, dalam kegiatan diskusi bertajuk "Cawe-cawe Presiden dan Senjakala Demokrasi: Outlook LP3ES 2024), yang dilakukan secara daring pada Minggu (28/1/2024).

Menurut Wijayanto, masyarakat harus belajar dari peristiwa Reformasi 1998. Dia mengatakan, setelah Presiden Soeharto memutuskan berhenti kemudian masyarakat berpikir demokrasi akan kembali ke jalur yang tepat dan mengendurkan pengawasan dan kritik.

Baca juga: LP3ES Prediksi Demokrasi Indonesia Bisa Semakin Memburuk

Sikap masyarakat, kata Wijayanto, terulang ketika muncul Joko Widodo (Jokowi) dengan pencitraan yang marak dan terpilih dalam Pilpres 2014.

"Kita juga kembali melakukan kesalahan yang sama sebenarnya tahun 2014. Kita masih ingat betul waktu itu dengan slogan 'Jokowi adalah kita' banyak dari kita yang berharap bahwa kemenangan orang biasa, kemenangan demokrasi tapi ternyata kita juga terkecoh," kata Wijayanto.

Baca juga: Ganjar Sebut Kualitas Demokrasi Turun jika Presiden Ikut Berkampanye


Wijayanto mengatakan, sikap politik yang sebaiknya dilakukan masyarakat adalah memastikan akuntabilitas proses dan program pemerintahan terhadap siapun presiden dan wakil presiden terpilih.

"Pelajaran dari masa ke masa, satu hal yang bisa kita pelajari bahwa adalah kita perlu memastikan bahwa siapapun pemenangnya, nantinya masyarakat sipil perlu mengkonsolidasikan diri," ujar Wijayanto.

Menurut Wijayanto, kritik dan pengawasan dari masyarakat sangat penting buat menandingi upaya kelompok oligarki menunggangi pemerintahan buat memuluskan kepentingan mereka dalam menguasai perekonomian.

Baca juga: Ucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Megawati, Cak Imin: Kawal Demokrasi dan Ketidakadilan

Jika masyarakat sipil tidak berhimpun dan mengawasi pemerintahan dikhawatirkan bakal kerepotan menghadapi kelompok oligarki yang mempunyai sumber daya ekonomi yang besar.

"Ketika oligarki melakukan konsolidasi, maka masyarakat sipil juga harus memperkuat diri untuk bisa menandinginya. Masalahnya adalah kita menyaksikan selama 5 tahun terakhir bagaimana masyarakat sipil terfragmentasi, tergopoh-gopoh utuk menandingi oligarki," ucap Wijayanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com