DEBAT calon presiden (Capres) ronde pertama, Selasa (12/12/2023) malam, setidaknya bagi penulis sebagai akademisi/konsultan komunikasi publik, menyisakan hal menarik dari sisi public speaking.
Beberapa hal bisa ditarik pelajaran terutama bagi khalayak keseluruhan. Berikut tiga poinnya.
Pertama, dengan merujuk konsep 3 V’s Communication (Verbal, Voice, dan Visual), maka Capres nomor satu dan tiga lebih bisa memperlihatkan orisinilitas gagasan dan rencana kerja yang dilakukan.
Hal ini merujuk pada kemampuan keduanya untuk sampaikan konten (verbal) dalam intonansi terjaga (voice) serta bahasa tubuh jauh dari pergolakan emosi (visual).
Pertanyaan panelis dijawab dengan tenang dan fokus oleh Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Apa yang selama ini publik dengar dan ingat dari mereka ketika keduanya public speaking saat menjadi pejabat publik, yakni bagaimana mereka menyampakan gagasan, menarasikan ide, serta menjawab pertanyaan khalayak, itu pula yang mereka tampilkan semalam.
Khusus Capres nomor satu, hal ini ditambah dengan optimalisasi durasi waktu yang selalu digenapkan sampai akhir detik, sehingga kian terekspos kompetensinya selama ini dalam komunikasi publik.
Beda dengan Capres nomor dua, yang semalam cenderung berbeda dengan imaji masyarakat akan kapabilitasnya selama ini, terlebih jika kita mengingat apa yang ditampilkannya saat Debat Capres 2014 dan 2019.
Alih-alih banyak menampilkan ide otentiknya, Prabowo Subianto seperti “tersandera”, seperti ada semacam beban berterima kasih pada jasa Presiden Jokowi menariknya dalam kabinet.
Karenanya, sebab tak beranjak karakter diri itu, maka voice dan visual terlihat diselimuti emosi.
Suara bergetar karena terpancing amarah, pun demikian dengan bahasa tubuh yang menunjukkan ketidaksenangan atas pertanyaan dan respons dari dua capres lainnya.
Bahkan dalam satu kesempatan, ada ekspresi wajah yang ngeyek (meledek) ketika salah satu kompetitornya sedang menjawab pertanyaan darinya.
Tak perlu baper jadinya jika ada komentar viral setelah debat, “Ganjar bercerita kinerja saat Gubernur Jateng, Anies bercerita kinerja saat Gubernur Jakarta, dan Prabowo bercerita kinerja Jokowi.”
Konsep 3 V’s pada akhirnya menempatkan seseorang dalam top of mind masyarakat. Dengan originalitas dan ketenangan seperti sebelumnya, maka itu pula yang akan didulang.
Namun sebaliknya, gimmick "Prabowo Gemoy" yang menggemaskan dan mengayomi, dalam hemat penulis, semalam luruh dan mencuat sisi emosi, yang jangan-jangan, demikianlah otentiknya.
Kedua, dengan merujuk konsep orator lahir dari 3L (Lahir, Lingkungan, dan Latihan), maka jelas bisa kita lihat siapa penguasa panggung tadi malam.
Sekaligus pada waktu sama, tampak juga yang relatif kurang latihannya, sehingga tergopoh-gopoh tidak fokus saat diberi panggung.
Ketiga capres minimal memiliki dua L, entah Lahir-Lingkungan/Lahir-Latihan/Lingkungan-Latihan.
Akan tetapi, yang punya turunan dari keluarga pejuang, lantas terbiasa berbicara karena aktif di organisasi, serta terus latihan, terlihat hanya di Capres nomor satu, sehingga apa saja yang disampaikannya dari awal sampai akhir selalu menarik atensi pemirsa.
Capres nomor tiga, saya kira, punya faktor 3L juga, tetapi narasi yang disampaikan tidak selalu menjadi focus of interest di setiap kesempatannya.
Sementara capres nomor dua walau punya genetis kuat dan terlatih jadi pemimpin, namun kiranya tidak optimal saat latihan.
Terbukti dari kata dan kalimat yang disampaikan sempat tidak sesuai dengan arah pertanyaan, serta cenderung datar dan normatif saat menjawabnya.
Ketiga, dengan berbasis konsep SAM (Know your Self-Audience-Material), sorotan bisa ditujukan kepada Capres nomor dua.
Mengapa? Tanpa bermaksud tendensius, tapi fakta semalam menunjukkan bahwa Prabowo cenderung lepas kendali pada sisi SAM.
Terlihat seluruhnya jadi buyar, terutama ketika banyak serangan kritisme dari kedua kompetitornya.
Ketangguhan mental seorang jenderal, bahkan Menteri Pertahanan, seolah terpancing tanggapan dan pertanyaan sehingga seolah melupakan sisi diri/materi yang telah ada. Audiens jadi terlupakan dan balik bertanya-tanya ada apa dengan sosok tersebut.
Dengan istilah lain, ketiganya memang secara umum memiliki dasar ethos pathos logos (karakter-kredibilitas-wawasan) sebagai seorang orator.
Ada yang bisa memperlihatkan ketiganya secara istimewa semalam, tapi harus obyektif dinilai ada yang jadi kehilangan, terutama dari sisi ethos-nya.
Silahkan bisa disimak saja bagaimana komentar-komentar warganet untuk performa orasi ketiganya, jelas nampak sokongan dan cibiran ada di mana.
Hmmm, sungguh menarik melihat performa komunikasi publik ronde kedua nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.