SURABAYA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, mengatakan, perjuangannya dengan calon presidennya, Anies Baswedan, untuk mewujudkan reformasi kali kedua.
Sebab, keduanya sama-sama pernah berjuang sebagai aktivis mahasiswa untuk mewujudkan demokrasi di awal tahun 1990.
“Alhamdulillah, era demokrasi itu menghasilkan banyak perubahan, tapi banyak akhirnya diselewengkan. Maka, ada istilah reformasi dibajak, demokrasi salah arah,” ucap Muhaimin di acara Cangkrukan Perubahan di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (28/11/2023) malam.
Baca juga: Cerita Muhaimin Bujuk Rekannya di Singapura Kembali ke Indonesia, Mau Pulang Kalau Ia Menang
“Makanya, saya akhirnya ditakdirkan oleh Allah, reuni sama Mas Anies demi merebut reformasi yang kedua,” sambung dia.
Ia menyebutkan, para aktivis demokrasi di era Orde Baru berjuang untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Salah satunya agar kontestasi kepemimpinan bangsa bisa dimenangi oleh figur yang memang mempunyai kualitas.
Baca juga: Serba-serbi Hari Pertama Kampanye Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar-Mahfud
“Ini zaman Pak Harto, kita demo, kita berontak, kita turunkan era Orde Baru supaya karier orang itu diadu berdasarkan mutunya, berdasarkan jeri payah bekerjanya,” sebut dia.
Namun, ia menganggap saat ini reformasi dan demokrasi mulai disalahartikan atau tak sesuai lagi dengan perjuangan pada era Orde Baru.
Maka dari itu, Muhaimin mengeklaim bakal mengembalikan semangat demokrasi dan reformasi itu sendiri.
"Tidak boleh lagi yang namanya terjadi apa yang gede tambah gede, yang cilik tambah cilik. Kita ingin kejar yang gede harus tetap gede dan tambah gede, tapi yang cilik tidak boleh tetap cilik harus ikut gede,” imbuh dia.