JAKARTA, KOMPAS.com - Amie Primarni, Putri bungsu salah satu tokoh yang diberi gelar pahlawan nasional, Mohammad Tabrani, menceritakan kisah perjuangan sang ayah yang menggagas bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Diketahui, Mohammad Tabrani merupakan satu dari enam tokoh yang diberikan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).
Tabrani dikenal sebagai tokoh penggagas bahasa Indonesia. Presiden Jokowi pun memberikan gelar tersebut sebagai penghormatan yang tinggi atas jasa enam orang ini selama hidupnya.
Amie menceritakan bahwa ayahnya mengusulkan bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tujuannya agar terjadi koherensi ketika dicetuskan membangun Tanah Air dan bangsa Indonesia.
Baca juga: M Tabrani, Pahlawan Nasional Pejuang Bahasa Indonesia asal Madura
Pada Kongres Pemuda Indonesia pertama tahun 1926, Tabrani yang kala itu berusia 32 tahun tetap pada pendiriannya bahwa nama bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu.
Jika belum ada bahasa Indonesia, maka perlu dilahirkan pada Kongres Pemuda Indonesia yang pertama tersebut. Namun, karena terjadi perbedaan pendapat, keputusan itu ditunda hingga Kongres Pemuda Indonesia Kedua tahun 1928.
"Maka baru muncul di tahun 1928 yang bahasa Indonesia itu. Karena bagi bapak, Tanah Air sudah ada, bangsa sudah ada, lalu kita harus punya bahasa, pada saat bapak bicara 1926 itu bahasa Indonesia memang belum ada, jadi kata bapak ya buat," kata Amie di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).
Amie mengungkapkan, usulan Tabrani bukan tanpa alasan. Sang ayah memiliki pengalaman ketika menempuh pendidikan di OSVIA.
Baca juga: Mahfud: Pahlawan Korbankan Jiwa Raga untuk Kemakmuran, Koruptor Korbankan Rakyat
Saat itu, banyak pelajar yang menggunakan bahasa Belanda agar terlihat keren. Penduduk Pribumi kerap dianaktirikan pada masa-masa tersebut.
"Kalau enggak pakai bahasa Belanda berarti kita orang kedua, inlander, second line. Nah, Bapak enggak mau. Jangan lah, kita harus menjadi nomor satu di negara kita sendiri, gunakanlah bahasa Indonesia itu," ujar Amie.
Amie juga menceritakan kehidupan sang ayah yang banyak digunakan untuk menulis karena menjadi seorang wartawan. Tabrani pernah bernaung di berbagai media massa, mulai dari Surat Kabar Pemandangan, Hindia Baroe, dan lainnya.
Menurut Amie, Tabrani tetap berinteraksi dengan rekan-rekannya usai mundur dari dunia politik usai kemerdekaan dengan mengungkapkan gagasannya melalui tulisan-tulisan.
Baca juga: Pesan Jokowi di Hari Pahlawan: Isi Kemerdekaan dengan Kerja Keras
Namun sayangnya, tulisan-tulisan tersebut tidak tersimpan dengan baik mengingat zaman dulu media sosial belum semasif saat ini.
"Bapak senang nulis. Bapak mundur dari dunia politik karena Bapak menganggap sudah selesai tugasnya. Biarkan yang muda-muda, silakan yang muda-muda," kata Amie.
Terkait penghargaan yang diberikan Presiden, Amie mengaku sangat senang. Ia menyaksikan betul sang ayah selalu mengajarkan yang terbaik, termasuk tanggung jawab, kedisiplinan, dan kerja keras.
"Alhamdulillah senang saja, mudah-mudahan apa yang sudah Bapak buat itu bisa bermanfaat buat banyak orang," ujarnya bersyukur.
Baca juga: M Tabrani, Pahlawan Nasional Pejuang Bahasa Indonesia asal Madura
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.