"Jadi, sudah pamit. Kalau sudah pamit itu kan sudah gamblang, sudah cetho welo welo (sangat jelas sekali, Bahasa Jawa)," kata Hasto ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Sementara, Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah menyatakan, Gibran membangkang keputusan partai dengan menjadi cawapres Prabowo. Sebab, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri selaku pemegang mandat tertinggi partai telah memutuskan Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai bakal capres-cawapres PDI-P.
"Ketika Mas Gibran kemudian keluar dari skema keputusan yang sudah diambil oleh Bu Megawati Soekarnoputri dan bahkan mencalonkan diri sebagai bakal cawapres di luar garis keputusan partai, maka secara konstitusi partai, secara aturan partai dia telah melakukan pembangkangan," kata Basarah di Sekolah Partai PDI-P, Jakarta, Sabtu (28/10/2023).
Oleh karenanya, menurut Basarah, dengan menjadi cawapres Prabowo, Gibran otomatis tak lagi menjadi bagian dari PDI-P, meski partai tak melakukan pemecatan.
"Tanpa adanya surat resmi pemberhentian Mas Gibran dari DPP partai, maka sesungguhnya secara etika politik dari dalam hatinya dan dari penilaian publik, Mas Gibran sudah keluar dari PDI Perjuangan itu sendiri," ujarnya.
Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai, sentilan-sentilan elite PDI-P ke Jokowi dan keluarga merupakan bentuk strategi politik. Menurut Bawono, PDI-P ingin menempatkan diri sebagai “korban” dalam situasi ini.
Harapannya, publik dapat bersimpati kepada PDI-P, bukan pada Jokowi ataupun Gibran. Dengan demikian, dukungan rakyat untuk partai banteng tetap terjaga.
Baca juga: Serangan PDI-P ke Jokowi dan Gibran: Isu Presiden 3 Periode hingga Pembangkangan Konstitusi
“Dengan mengatakan Presiden Joko Widodo telah meninggalkan PDI-P, tampak seolah PDI-P hendak membangun persepsi mereka terzalimi dari sikap Jokowi dan keluarga,” kata Bawono kepada Kompas.com, Selasa (31/10/2023).
Namun, Bawono menilai, PDI-P masih menahan diri untuk tidak terang-terangan berhadapan dengan Jokowi dan keluarga. Oleh karenanya, elite partai hanya melempar sindiran-sindiran halus saja.
Menurut Bawono, PDI-P sadar betul bahwa jika terang-terangan mengambil sikap konfrontasi, seperti menarik para menteri dari kabinet, mereka berpotensi kehilangan efek elektoral dari Jokowi.
Temuan survei dari Indikator Politik Indonesia periode 16-20 Oktober pun memperlihatkan bahwa sebanyak 24,9 persen pemilih PDI-P mendasarkan alasan mereka dalam memilih partai karena suka dengan figur Jokowi.
“PDI-P berhitung betul apabila melakukan respons keras atau katakanlah konfrontasi secara terbuka terhadap keluarga Jokowi pasca deklarasi Gibran sebagai pendamping Prabowo, mereka berpotensi akan kehilangan pemilih yang memiliki simpati atau rasa kedisukaan terhadap Jokowi,” tutur Bawono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.