Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: PDI-P dan Gibran Tak Mau Saling Meninggalkan demi Insentif Politik

Kompas.com - 27/10/2023, 11:19 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, PDI Perjuangan menunggu sikap kadernya, Gibran Rakabuming Raka, setelah menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping bakal calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.

Sebaliknya, Gibran menantikan sikap PDI-P terhadap dirinya. Menurut Adi, baik PDI-P maupun Gibran tak ingin menjadi pihak yang pertama meninggalkan.

“Sampai hari ini PDI-P tidak kunjung memecat Gibran dan Gibran pun juga tidak kunjung keluar dari PDI-P. Ini soal strategi komunikasi politik,” kata Adi kepada Kompas.com, Jumat (27/10/2023).

Adi bilang, persoalan siapa yang meninggalkan dan siapa yang ditinggalkan bisa berpengaruh pada persepsi publik.

Baca juga: Sebut Gibran Keluar dari Putusan Politik Megawati, PDI-P: Harusnya Mengundurkan Diri secara Resmi

Merujuk pada aturan partai, PDI-P seharusnya memecat Gibran yang telah melakukan manuver tajam. Jika putra sulung Presiden Joko Widodo itu tak dipecat, PDI-P terkesan tidak tegas terhadap kader yang pilihan politiknya jelas berbeda.

Namun, seandainya PDI-P menyingkirkan Gibran, partai banteng bisa dinilai emosional. Selain itu, simpati publik terhadap partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut mungkin berkurang.

“Sepertinya memang saling tunggu. Kalau PDI-P yang pecat Gibran, tentu terkesan PDI-P baper (terbawa perasaan) pada manuver politik Gibran,” ujar Adi.

“Sebaliknya, kalau Gibran yang meninggalkan PDI-P, maka yang mendapatkan insentif politik adalah PDI-P, karena yang terlihat meninggalkan PDI-P adalah Gibran,” lanjutnya.

Pada intinya, Adi menilai, kedua pihak saling menunggu. Ini soal strategi komunikasi politik untuk mendulang insentif politik.

Tak hanya PDI-P dan Gibran, lanjut Adi, hubungan Megawati dan Jokowi menjadi rumit setelah Gibran menjadi bakal cawapres Prabowo. Kedua pihak seolah tak ingin saling meninggalkan.

“Inilah rumitnya. Keduanya sepertinya saling tunggu dan masih terlihat saling membutuhkan,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, Gibran menjadi bakal cawapres yang diusung Koalisi Indonesia Maju untuk mendampingi Prabowo. Prabowo dan Gibran mendaftar sebagai capres-cawapres peserta Pemilu 2024 ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu (25/10/2023).

Ketua DPP PDI-P Puan Maharani menyebut, Gibran sudah berpamitan ke dirinya untuk menjadi cawapres Prabowo. Namun, Wali Kota Surakarta itu tak serta merta mundur dari partai.

Baca juga: Ketua DPP: Tanpa Diberhentikan, Rakyat Sudah Anggap Gibran Keluar dari PDI-P

"Enggak ada, enggak ada mengembalikan KTA (kartu tanda anggota), enggak ada lain-lain, hanya pamit untuk menjadi cawapres Mas Prabowo," kata Puan saat ditemui di Gedung High End, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Puan pun mengaku, partainya belum sempat membahas nasib Gibran di PDI-P lantaran masih disibukkan dengan rapat pemenangan Pemilu 2024.

Terbaru, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P, Komarudin Watubun mengatakan, manuver Gibran menandakan bahwa putra presiden itu tidak tegak lurus dengan instruksi partai. Dia menegaskan, PDI-P melarang kadernya berpolitik “dua kaki”.

Atas manuver itu, kata Komarudin, status keanggotaan Gibran di PDI-P sudah berakhir.

"Bahwa saat ini Gibran tidak tegak lurus dengan instruksi Partai, maka dia otomatis tidak lagi di PDI Perjuangan," kata Komarudin dalam keterangannya, Kamis (26/10/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com