Indonesia tetap berdaulat dan bebas dalam menentukan kebijakan luar negerinya sambil berperan aktif dalam diplomasi internasional. Prinsip ini masih relevan dalam menavigasi kompleksitas hubungan internasional saat ini.
Di sampingnya Pancasila mengandung nilai-nilai solidaritas, keadilan sosial, dan kerja sama internasional –bisa diimplementasikan.
Dalam menghadapi perang ideologi dan kompleksitas globalisasi, Indonesia mendorong kerja sama dengan negara-negara lain yang sejalan dengan nilai-nilai ini, terutama dalam isu-isu seperti perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan hak asasi manusia.
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah berusaha memainkan peran yang lebih besar dalam urusan regional dan global, mencerminkan pemikiran Bung Karno tentang peran aktif Indonesia dalam urusan dunia.
Indonesia aktif dalam berbagai forum internasional, seperti ASEAN, G20, dan PBB, untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan perkembangan global yang berkelanjutan.
Pemikiran Bung Karno dan prinsip-prinsip Pancasila telah membantu Indonesia menghadapi perang ideologi dan kompleksitas globalisasi dengan membangun fondasi ideologis yang kuat yang menggabungkan nilai-nilai kemandirian, keadilan, kerja sama, dan persatuan.
Visi ini memandu kebijakan dan tindakan Indonesia dalam menghadapi tantangan global saat ini, menjadikan negara ini sebagai pemain penting dalam arena diplomasi internasional dan pembangunan berkelanjutan.
Negara-negara besar boleh jadi memiliki peran signifikan dalam mempromosikan ideologi mereka di tingkat global. Untuk memenuhi kebutuhan itu, berbagai cara ditempuh, antara lain melalui diplomasi, ekonomi, militer, budaya, dan pendekatan propagandis.
Dengan demikian, diplomasi sebagai alat utama untuk mempromosikan ideologi mereka. Ini melibatkan negosiasi dengan negara-negara lain, memengaruhi kebijakan luar negeri, dan membangun aliansi yang mendukung pandangan ideologis mereka.
Diplomasi juga digunakan untuk memediasi konflik dan mencari solusi politik yang sejalan dengan ideologi negara tersebut.
Sedangkan kekuatan ekonomi lebih memungkinkan mereka untuk memengaruhi negara-negara lain melalui perdagangan, investasi, dan bantuan ekonomi.
Negara-negara yang menganut pola ini acapkali memberikan insentif ekonomi kepada negara-negara mitra agar mengadopsi kebijakan yang sejalan dengan ideologi mereka.
Selain itu, mereka dapat memberikan sanksi ekonomi kepada negara-negara yang tidak sesuai dengan pandangan ideologis mereka.
Selain itu mereka juga memiliki kekuatan militer yang signifikan. Maka mereka pun dapat menggunakan kekuatan militer untuk mendukung sekutu yang sejalan dengan ideologi mereka dalam konflik internasional, atau untuk mencapai tujuan ideologis melalui intervensi militer langsung.
Bukan itu saja, mereka –negara besar-- sering berperan aktif dalam organisasi internasional seperti PBB, IMF, dan WTO.