Salin Artikel

Merespons Perang Ideologi Era Globalisasi

Aspek-aspek perang ideologi mencakup penyebaran informasi, pengaruh budaya global, dan hubungan ekonomi internasional.

Maka dalam era globalisasi, akses dan penyebaran informasi telah menjadi lebih mudah dan cepat berkat kemajuan teknologi, terutama internet dan media sosial.

Hal ini memungkinkan ideologi dan pandangan politik dengan cepat menyebar ke seluruh dunia.

Aktivis politik, kelompok ideologis, dan pemerintah menggunakan media ini untuk mempromosikan ideologi mereka. Dengan demikian, globalisasi membawa pengaruh budaya yang kuat.

Media, hiburan, dan gaya hidup global semakin memengaruhi budaya lokal di berbagai negara. Ini dapat menciptakan konflik ideologi antara nilai-nilai lokal dan budaya global.

Di mana nilai-nilai tradisional dapat bersaing dengan budaya pop global –budaya yang dianggap oleh beberapa kelompok sebagai ancaman terhadap identitas budaya lokal.

Bersamaan pula ekonomi global memainkan peran penting dalam perang ideologi. Negara-negara dengan sistem ekonomi yang berbeda-beda, seperti kapitalisme dan sosialisme, karuan saja bersaing dalam hal pengaruh dan daya tarik ideologi mereka.

Perusahaan multinasional dan pasar global memungkinkan perbedaan dalam pendekatan ekonomi untuk menjadi poin persaingan.

Selain itu, masalah seperti ketidaksetaraan ekonomi dan perdagangan internasional juga bisa menjadi sumber konflik ideologi.

Dalam perang ideologi global, negara-negara, kelompok politik, dan individu berkompetisi untuk mempromosikan visi mereka tentang bagaimana dunia seharusnya diatur.

Sementara globalisasi memfasilitasi penyebaran ideologi, juga menciptakan tantangan dalam mempertahankan identitas budaya dan nilai-nilai lokal.

Perang ideologi bisa menciptakan ketegangan dalam hubungan internasional dan memengaruhi kebijakan politik serta dinamika sosial di berbagai belahan dunia.

Tren perang ideologi

Perkembangan terkini dalam perang ideologi mencakup berbagai peristiwa dan tren yang memengaruhi persaingan antara berbagai pandangan ideologis di tingkat global. Meskipun situasi ini terus berubah, ada beberapa tren dan peristiwa yang relevan.

Perang ideologi semakin melibatkan perang informasi, di mana negara-negara mencoba memanipulasi opini publik asing melalui propaganda, kampanye media sosial, dan upaya serupa. Ini terlihat dalam berbagai konflik regional, seperti di Ukraina dan Suriah.

Sedangkan perang ideologi antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Persaingan ideologis antara Tiongkok –yang mewakili sistem otoriter dan sosialisme dengan karakteristik Tiongkok— dan Amerika Serikat –yang mewakili demokrasi liberal— menjadi semakin menonjol.

Ini terlihat dalam konflik terkait Hong Kong, Xinjiang, dan Taiwan, serta dalam kompetisi teknologi.

Tren lainnya adalah peran media sosial dan disinformasi, di mana media sosial dan platform daring telah menjadi alat utama dalam perang ideologi.

Ini digunakan oleh berbagai aktor, termasuk negara-negara, kelompok ekstrem, dan kelompok aktivis untuk memengaruhi opini publik global.

Penyebaran berita palsu (hoaks) dan disinformasi telah menjadi masalah serius dalam upaya memengaruhi persepsi ideologis.

Perubahan dalam hubungan internasional menjadi tren perang ideologi. Dan ini membuat perubahan dalam struktur kekuatan global.

Negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok semakin aktif dalam mempromosikan model pemerintahan otoriter dan mempertanyakan nilai-nilai liberal yang dominan.

Konteks pemikiran Bung Karno

Perang ideologi kini juga dipahami oleh landasan pemikiran Bung Karno. Pemikiran sang proklamator Republik Indonesia ini demikian relevan.

Tambahan pula ketika masuk ke dalam pemikiran dan visi Bung Karno, bersama prinsip-prinsip Pancasila yang memiliki peran penting sebagai landasan ideologis bagi Indonesia –maka hal ini bisa dipakai dalam menghadapi perang ideologi yang begitu kompleksitas dalam era globalisasi dewasa ini.

Salah satu poin sentral dalam pemikiran presiden pertama RI ini adalah pentingnya kemandirian nasional dan ketahanan nasional.

Dalam menghadapi globalisasi, Indonesia mengambil prinsip ini sebagai pedoman untuk melindungi kepentingan nasionalnya, termasuk kedaulatan politik, ekonomi, dan budaya.

Pancasila lantas memberikan kerangka kerja untuk memperkuat persatuan dan kemandirian di tengah kompleksitas globalisasi.

Pancasila, dengan prinsip-prinsipnya seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Demokrasi Terpimpin, dan Keadilan Sosial, telah diakui sebagai ideologi negara dalam Konstitusi Indonesia.

Ini memberikan fondasi moral dan nilai-nilai dasar yang mengikat masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Selain itu, pemikiran politik luar negeri Bung Karno, terutama konsep "politik luar negeri bebas aktif," memberikan panduan bagi Indonesia dalam berinteraksi dengan dunia luar.

Indonesia tetap berdaulat dan bebas dalam menentukan kebijakan luar negerinya sambil berperan aktif dalam diplomasi internasional. Prinsip ini masih relevan dalam menavigasi kompleksitas hubungan internasional saat ini.

Di sampingnya Pancasila mengandung nilai-nilai solidaritas, keadilan sosial, dan kerja sama internasional –bisa diimplementasikan.

Dalam menghadapi perang ideologi dan kompleksitas globalisasi, Indonesia mendorong kerja sama dengan negara-negara lain yang sejalan dengan nilai-nilai ini, terutama dalam isu-isu seperti perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan hak asasi manusia.

Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah berusaha memainkan peran yang lebih besar dalam urusan regional dan global, mencerminkan pemikiran Bung Karno tentang peran aktif Indonesia dalam urusan dunia.

Indonesia aktif dalam berbagai forum internasional, seperti ASEAN, G20, dan PBB, untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan perkembangan global yang berkelanjutan.

Pemikiran Bung Karno dan prinsip-prinsip Pancasila telah membantu Indonesia menghadapi perang ideologi dan kompleksitas globalisasi dengan membangun fondasi ideologis yang kuat yang menggabungkan nilai-nilai kemandirian, keadilan, kerja sama, dan persatuan.

Visi ini memandu kebijakan dan tindakan Indonesia dalam menghadapi tantangan global saat ini, menjadikan negara ini sebagai pemain penting dalam arena diplomasi internasional dan pembangunan berkelanjutan.

Berbagai cara

Negara-negara besar boleh jadi memiliki peran signifikan dalam mempromosikan ideologi mereka di tingkat global. Untuk memenuhi kebutuhan itu, berbagai cara ditempuh, antara lain melalui diplomasi, ekonomi, militer, budaya, dan pendekatan propagandis.

Dengan demikian, diplomasi sebagai alat utama untuk mempromosikan ideologi mereka. Ini melibatkan negosiasi dengan negara-negara lain, memengaruhi kebijakan luar negeri, dan membangun aliansi yang mendukung pandangan ideologis mereka.

Diplomasi juga digunakan untuk memediasi konflik dan mencari solusi politik yang sejalan dengan ideologi negara tersebut.

Sedangkan kekuatan ekonomi lebih memungkinkan mereka untuk memengaruhi negara-negara lain melalui perdagangan, investasi, dan bantuan ekonomi.

Negara-negara yang menganut pola ini acapkali memberikan insentif ekonomi kepada negara-negara mitra agar mengadopsi kebijakan yang sejalan dengan ideologi mereka.

Selain itu, mereka dapat memberikan sanksi ekonomi kepada negara-negara yang tidak sesuai dengan pandangan ideologis mereka.

Selain itu mereka juga memiliki kekuatan militer yang signifikan. Maka mereka pun dapat menggunakan kekuatan militer untuk mendukung sekutu yang sejalan dengan ideologi mereka dalam konflik internasional, atau untuk mencapai tujuan ideologis melalui intervensi militer langsung.

Bukan itu saja, mereka –negara besar-- sering berperan aktif dalam organisasi internasional seperti PBB, IMF, dan WTO.

Mereka dapat menggunakan posisi dan pengaruh mereka dalam organisasi-organisasi ini untuk mempromosikan ideologi mereka melalui pembuatan kebijakan global dan diplomasi multilateral.

Termasuk pula propaganda dan kampanye Ideologis. Negara-negara besar acapkali menggelar kampanye propagandis yang disusun dengan baik untuk mempromosikan ideologi mereka di seluruh dunia.

Ini bisa berupa kampanye iklan, konferensi internasional, atau penggunaan media sosial untuk menyebarkan pesan ideologis.

Dari semua itu, hal yang tidak boleh diabaikan bahwa peran negara-negara besar dalam mempromosikan ideologi mereka dapat menciptakan ketegangan dan konflik internasional –jika berlawanan dengan pandangan negara-negara lain.

Oleh karena itu, diplomasi dan dialog antarnegara penting untuk mencari solusi damai dan menghindari konfrontasi ideologis yang berpotensi merugikan stabilitas global.

https://nasional.kompas.com/read/2023/09/29/17344771/merespons-perang-ideologi-era-globalisasi

Terkini Lainnya

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke