MASIHKAH Anda mengingat kejatuhan Muammar Gaddafi di Libya? Pemimpin yang lebih empat dekade menjalankan roda kekuasaan dengan tangan besi itu, berakhir di gorong-gorong.
Ia ditemukan oleh rakyatnya sendiri, lalu diseret di jalanan pakai mobil sembari diludahi dan dilempari.
Adios Gaddafi. Apa yang kamu tanam, itu yang kamu tuai.
Di Irak, Saddam Hussein yang mengikuti pola dan gaya kepemimpinan Gaddafi, juga mengalami nasib tragis, sama dengan Gaddafi.
Ia dibawa ke tiang gantungan untuk mengakhirkan hidupnya. Ia bertangan besi, mengintimidasi, menindas dan melumat siapa saja yang ia kehendaki, termasuk menantu lelakinya. Ia brutal dalam menjalankan roda kekuasaan.
Selamat jalan Saddam. Tiap kesalahan ada keadilan yang mengiringinya.
Kedua pemimpin tersebut rontok secara mengenaskan. Penarik pelatuk kejatuhan mereka, antara lain, masalah anak.
Gaddafi sudah memberi akses besar ke putranya, Muhammad Islami, untuk ikut mengontrol jalannya kekuasaan dan pemerintahan.
Saddam Hussein juga memiliki tabiat sama. Memberi keleluasaan pada putranya sendiri, Uday Hussein, ikut campur tangan pengelolaan kekuasaan.
Presiden Ferdinand Marcos di Filipina, berkuasa selama 22 tahun, juga dengan tangan besi, berlumuran darah. Ia menggilas siapa saja yang ia kehendaki.
Marcos memberi jalan ke istrinya sendiri, Imelda Marcos, menjadi penentu jalannya pemerintahan dan politik negeri itu. Imelda bahkan menjadi Gubernur kota Metropolitan Manila.
Setelah berkuasa selama 32 tahun, Presiden Suharto akhirnya juga tumbang dari kekuasaan. Lagi-lagi, juga ada kaitannya dengan gaya kepemimpinan yang serba mengatur, termasuk mengatur dan memaksakan putrinya sendiri, Mbak Tutut, terjun di politik.
Sang putri diangkat sebagai Menteri Sosial, meski hanya dua bulan, sebab terlanjur Suharto dipaksa mundur.
Rakyat muak dengan pola kepemimpinan seperti itu. Negara seolah-olah hanya dimiliki oleh para pemimpin sejenis itu.
Mereka menjadikan negara sebagai properti diri dan keluarga belaka. Rakyat hanyalah penyewa, yang setiap saat bisa dikeluarkan dari rumah kontrakan, kapan saja.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.