Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Politik Mendesakkan Keinginan

Kompas.com - 25/09/2023, 09:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Rakyat kecewa dengan pemaksaan anak atau anggota keluarga untuk dijejalkan sebagai pemimpin. Rakyat menginginkan kesejatian, bukan dengan cara-cara kotor, penuh intrik dan intimidasi.

Bukan dengan cara-cara pemaksaan lalu dibungkus dengan kepura-puraan bahwa rakyat menghendaki demikian.

Lantas, ada yang mengatakan, bagaimana dengan Presiden John F. Kennedy di Amerika Serikat, yang mengangkat adiknya sendiri, Bob Kennedy sebagai Jaksa Agung Amerika Serikat? Apakah ini juga refleksi dari kesemena-menaan?

Ketika itu, rakyat Amerika mendukung dan membela mati-matian keputusan John F Kennedy itu, karena mereka paham dan tahu betul kualitas kecerdasan dan rekam jejak Bob Kennedy.

Rekam jejak dalam konteks kepiawaian mengelola kehidupan publik. Ia memiliki jejak panjang ke belakang tentang itu. Ia dipersonifikasi sebagai pembela kaum papa.

Tatkala John F Kennedy meninggal, Bob Kennedy digadang-gadang sebagai calon Presiden Amerika Serikat. Sayang, Bob mengikuti jejak abangnya sendiri, mati tertembak.

Bukan hanya di Amerika Serikat rakyat mencintai otentitas calon pemimpin. Di negeri-negeri lain juga seperti itu, termasuk di negeri kita ini.

Buktinya, rasa kemarahan dan kemuakan rakyat memuncak tatkala mendiang Suharto memberi jalan kekuasaan kepada putrinya sendiri.

Di mana pun, rakyat menginginkan harkat dan martabatnya dihargai. Harkat dan martabat manusia itu ada pada kebebasan dan persamaan yang dimilikinya.

Kebebasan untuk menentukan pilihannya. Persamaan untuk diperlakukan seperti yang lain-lain. Tidak dibuatkan jalan tol, bebas hambatan kepada orang tertentu, termasuk kepada anak-anak dan kerabat pemangku kekuasaan. Di sini berlaku prinsip equal opportunity.

Di negeri kita sekarang ini, penampangan politik kita muncul dengan beragam rupa. Ada agenda khusus yang bernama politik uang. Ada juga politik penjara, yang berarti, semua yang tidak dikehendaki, akan diancam dengan penjara dengan rupa-rupa tuduhan.

Berikutnya, ada politik sayang anak. Yang terahir ini kian mengemuka sekarang ini.

Apakah salah bila anak mengganti bapak dalam pentas kekuasaan?

Sangat tidak salah, selama Bapak tidak menggunakan tangan kekuasaannya untuk mendongkrak anak mengganti dirinya.

Kita lihat Presiden George Bush di Amerika Serikat. Bush senior tidak menyalahgunakan kekuasannya untuk memaksakan putranya jadi presiden, sebab itu terjadi setelah ia tidak menjabat lagi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com