Jokowi juga terkesan ikut “cawe-cawe” dalam hal manuver partai-partai mencari koalisi. Tanpa tedeng aling-aling, Jokowi mengakui kalau dirinya memegang data “rahasia” partai-partai.
Publik menganggap Jokowi membuka peluang yang sama, baik untuk Prabowo maupun Ganjar Pranowo. Gesture Jokowi begitu berpihak kepada Erick Thohir maupun Sandiaga Uno sebagai Cawapres dari Prabowo maupun Ganjar.
Membaca “pergerakan” Jokowi terlihat ingin memberi “saham” kebaikan kepada partai-partai. Belum lagi arah dan gerakan berbagai sayap relawan yang ikut andil memenangkannya, sepertinya akan dikendalikan di masa “injury time”.
Terminologi “mesin boleh dipanaskan”, tetapi “kendaraan jangan dijalankan” ibaratnya seperti komando Jokowi yang bisa dimainkan pada waktu menjelang pendaftaran capres-cawapres.
Pembiaran Jokowi walau dengan dalih Kaesang sudah dewasa dan mandiri serta memiliki kebebasan menentukan langkah hidupnya begitu mengingkari “kebaikan” dan “ketulusan” PDIP yang menyokongnya selama ini.
Menjadi kebingungan di publik ketika masa kempanye nanti tiba. Jika Jokowi beserta Gibran dan Bobby mendukung Ganjar, maka Kaesang sesuai kecenderungan politik PSI terbaru, tentu akan mengampanyekan Prabowo.
Jika alasan Kaesang bergabung ke PSI adalah sesuai harapannya agar anak-anak muda bisa terlibat di sektor publik dan menjadi obyek aktif, tampaknya menjadi alasan yang tidak berdasar.
Harusnya Kaesang bisa melihat pengalaman kakak kandung dan kakak iparnya yang sukses berkiprah di politik terlebih dahulu, yang mengikuti jejak pilihan ayak kandungnya. Mereka semua didukung PDIP dalam usia-usia muda.
Kaesang tidak sadar, kehadirannya justru memberikan nilai elektoral bagi PSI sementara PSI tidak memberikan nilai elektoral bagi Kaesang. Di Pemilu 2019 lalu, PSI hanya meraup 2,6 juta suara atau 1,85 persen suara sah nasional.
Hasil berbagai survei oleh sejumlah lembaga survei, PSI diprediksikan masih kesulitan untuk memenuhi ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Litbang Kompas yang mengadakan survei di periode 27 Juli – 7 Agustus 2023, memperikirakan PSI hanya meraih 0,8 persen (Kompas.com, 24 Agustus 2023).
Indonesia Polling Stations yang menghelat survei terbaru periode 5 – 15 September 2023 membeberkan PSI mendapat elektabilitas 3,2 persen (Detik.com, 22 September 2023).
Ataukah Kaesang sedang dipersiapkan meniti karier politiknya melalui jalur non – PDIP untuk diversikasi politik keluarga Jokowi?
Siapkan Kaesang menggantikan Giring Ganesha yang berencana mundur dari ketua umum PSI? Apakah suara relawan-relawan Jokowi akan terformalkan dalam “baju” PSI nantinya sebagai kendaraan politik Jokowi ke depannya?
Tampaknya masyarakat awam yang mungkin sebagian pernah merasakan pisang nugget “Sang Pisang”, rice bowl “Mangkok Ku”, seduhan kopi “Ternak Kopi”, keripik “Kemripik” atau menjajal start up “Madhang” – beberapa usaha Kaesang yang diantaranya banyak yang tutup – akan menjadi saksi munculnya rising star baru di Keluarga Presiden Jokowi.
“Menjadi pemimpin itu menderita, bukan ajang untuk berpesta pora. Kekuasaan tidak bisa dipandang dari satu sisi yang baik saja. Kekuasaan menjadi jalan untuk melayani masyarakat, alih-alih digunakan untuk berpesta pora dan semena-mena. Jangan silau dengan jabatan yang diemban sang ayah.” – pesan Ganjar Pranowo untuk putranya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.