Strategi “mengeluarkan banyak nama” serta mengaburkan pilihan akhir layaknya shadow boxing politics PDIP yang membuat lawan kerap keliru memetakan langkah.
Usai melaksanakan acara serah terima jabatan sebagai Gubernur Jawa Barat, 5 September 2023 lalu, Ridwan Kamil atau yang lebih dikenal dengan sebutan RK mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya akan mengumumkan hal penting atau breaking news pada minggu-minggu ini.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu juga tidak menampik kalau dirinya memang kerap bertemu dengan Megawati Soekarnoputri, tetapi pertemuannya terkait dengan rencana pembangunan patung Bung Karno di berbagai tempat.
Nama RK memang tengah menggoda dua koalisi. Tidak hanya koalisi PDIP, tetapi juga koalisi Gerindra.
Aspek keunggulan RK tidak saja terletak kepada elektoral, teritorial tetapi juga kultural. Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Tanah Air.
KPU mendata ada 35.714.901 pemilih di Jawa Barat yang memiliki hak suara di Pemilu 2024. Menang di Jawa Barat akan memberi konstribusi suara bagi capres.
Terlebih lagi, jika seorang capres juga bisa mendominasi suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka kemenangan sudah berada dalam genggaman.
Elektabilitas RK sebagai cawapres di berbagai survei yang dihelat sejumlah lembaga survei juga demikian moncer di antara simulasi tiga nama dengan Sandiaga dan Erick Thohir beberapa bulan terakhir ini.
Litbang Kompas dengan periode survei 27 Juli – 7 Agustus 2023, RK unggul dari Sandiaga dan Erick Thohir.
Sebaliknya hasil Lembaga Survei Indonesia periode 1-8 Juli 2023, nama RK berada di runner up setelah Erick.
Sedangkan Indikator Politik Indonesia periode 20-24 Juni 2023, menempatkan nama Erick di posisi pertama dan RK di posisi dua.
Populi Center di periode 5 – 12 Juni 2023, RK kembali di posisi dua, tetapi setelah nama Sandiaga.
Dari aspek kultural, keterwakilan suku Sunda di tengah dominasi suku Jawa dan Bugis dalam pentas politik Pilpres akan semakin menggenapi potensi kemenangan seorang capres.
Selama sejarah Indonesia merdeka, baru Wapres Umar Wirahadikusumah pada era Presiden Soeharto yang berasal dari suku Sunda. Umar yang kelahiran Sumedang, menjadi Wapres di periode 1983-1988.
Semakin santernya “breaking news” dari RK serta kedekatannya dengan PDIP ikut membongkar tabiat Golkar selama ini.